Sore hari menjelang senja aku duduk di posko yang biasa aku tempati selepas mengikut kegiatan organisasi kampus. Di posko ini tidak hanya aku sendiri namun dengan teman-teman seangkatan. Teman-teman yang ada di posko itu Erfan, Udin, Umar dan Umam ke empat ini merupakan teman-teman akrab yang selalu ada kapan saja.
"Kawan, kamu kok biasa-biasa saja barusan dalam menyampaikan presentasinya," tanya Umar.
"Aku kurang konsentrasi kawan, pasalnya mulai kemarin sibuk dengan berbagai kegiatan," responku.
"Walah...... Bukannya kamu sibuk mulai dulu kawan," sanggah Umam.
"Hahahaha, tapi tidak seperti sekarang boy. Coba kalau dulu dia sibuk tapi presentasi nya membuat teman-teman kelas asik mendengarkan," tanggapi Erfan.
"Jangan-jangan kamu punya pacar iya, sehingga kamu selalu ingat pada dia," ledak Udin dengan gaya bicaranya.
"Ngawur semua kalian, aku tidak lancar barusan bukan karena itu kawan, tapi sebelumnya kurang siap. Bahkan tidak membacanya makalah yang dibuat.
"Tak kirain, kamu begitu kawan," katanya Udin.
"Iya, sudah mari kita pulang, nyambung besok lagi oke," ajakku.
"Siap kawan," serentak berempat.
Senja akan berakhir, aku dan keempat teman-teman mulai beranjak pulang ke rumahnya masing-masing. Laju sepeda santai beriringan dengan teman-teman, satu sama lain mulai berpisah arah sehingga tinggal aku sendirian pulang ke rumah. Perjalanan dipadati dengan kendaraan para pegawai kantor yang mau pulang ke rumahnya.
Zahra, nama yang tidak asing bagiku dipanggil oleh seseorang yang ada di trotoar jalan akupun memberhentikan laju sepeda motor. Namun, nama Zahra yang dipanggil bukan Zahra yang aku kenal tapi orang lain.
Akupun melanjutkan laju sepeda dengan santai walaupun suara azan terus dikumandangkan oleh muazzin masjid. Orang-orang yang ada di sekitarnya berbondong-bondong memasuki masjid untuk shalat Maghrib berjamaah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H