Lihat ke Halaman Asli

Cinta untuk Si Anggun

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya Anggun, dia mahasiswi angkatan 2010, dua tahun di bawahku. Pertama kali kami bertemu saat minggu-minggu awal kuliah, saat dia masih masa ospek. Dia salah satu yang meminta tanda tanganku, tanda tangan senior. Yang menarik darinya, saat teman-temannya ramai berebut tanda tangan, dia hanya diam, santai menunggu kerumunan usai, dan selanjutnya dengan tenang menyodorkan buku tanda tangannya. Dia diam, tenang, dan tentu saja anggun seperti namanya yang bisa kulihat di name tag yang terkalung di leher putihnya. Aku pun terkesima.

.

Ternyata itu tak seberapa, pertemuan berikutnya, kuliah sudah berjalan satu bulan, dan masa ospek pun telah usai. Saat itu aku sedang di perpustakaan. Jangan dikira aku mahasiswa yang rajin, bukan rak buku text yang aku obrak-abrik, melainkan lorong yang penuh berisi novel-novel. Saat sedang asik memilih novel untuk kulahab saat weekend, dia datang. Pertemuan pertama dulu masih lekat dalam ingatanku, namun kali ini bayangan yang dulu harus segera kubuang,dan kuganti dengan sosok ini.

.

Dulu saat masih ospek, masih kelihatan banget masih seperti anak SMA, namun saat di perpus, setelah masa ospek selesai, dia terlihat hebat. Bukan dengan pakaian berlebih bak artis ibukota, namun sesuai namanya, anggun dengan rok panjangnya dan pakaian sederhana. Rambutnya yang hitam panjang, tergerai bebas, menghipnotis setiap mata yang melihatnya.

.

"Hi, nyari novel juga," sapaku seramah mungkin. "Iya nih, biasa buat nemenin weekend,mumpung ga banyak tugas," jawabnya ga kalah ramah. "Wah, weekend ditemenin buku? Emangnya ga ada yang ngajakin jalan?" tanyaku iseng sambil senyum-senyum kecil. "Halah, siapa juga yang mau ngajakin jalan," jawabnya sambil tersenyum. "Oh iya kenalin, namaku Dito, angkatan 2008," kataku sambil mengulurkan tangan. "Aku Anggun angkatan 2010."

.

Dia tidak menyambut uluran tanganku namun hanya mengatupkan kedua tangannya dan mendekatkan ke tanganku. Wah apa-apaan ini, kataku dalam hati, tapi biarlah. Kami pun melanjutkan obrolan, menanyakan novel kesukaan masing-masing, sedikit tentang kuliah, dosen, dan kami pun berpisah dengan membawa beberapa novel di tangan. Pertemuan yang mengesankan, namun ada yang kurang, kami berpisah tanpa aku berhasil mengorek no hp maupun emailnya, salahkah? Tapi tenang saja, aku tahu novel yang dia bawa pulang, paling tidak ini bisa untuk bahan percakapan, atau alasan untuk menyapa kali lain kami bertemu.

.

Weekend setelah pertemuan itu terasa lain. Dua buah novel yang aku pinjam hampir tidak aku sentuh. Bayangan Anggun seakan tidak pernah bisa lepas dari pelupuk mataku. Sabtu Minggu itu aku banyak berdiam dan senyum-senyum sendiri. Temen kosku mengatakan aku gila, dan terus bertanya ada apa. Aku hanya diam dan tetap senyum-senyum sendir, pengalaman ini terlalu berharga untuk kubagi, biarlah kusimpan sendiri. Mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama. Kalau iya, oh begitu indahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline