Membicarakan keadaan PSSI yg terus menerus dirongrong politisi ambisius benar-benar membuat muak bin mual menantikan ending 'sinetron' yang tak kunjung usai ini. Bak sinetron produksi Multivision rakyat disuguhi tontonan gesekan antara the good guy and the bad guy. Para lakon yg berperan sebagai the good guy & the bad guy sangatlah tergantung pada perspektif masing2 pihak.. Repotnya tidak ada pihak yang merasa sebagai the bad guy. Walaupun sebenarnya jika memakai logika sinetron yang tiap hari ditonton emak-emak, gampang saja mengidentifikasinya.
Jika meminjam tulisan mas Putu Hadi di Kompasiana yang bikin tersenyum : http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/12/31/inilah-mengapa-sinetron-itu-koplak-dan-serial-korea-bikin-gregetan/ Pihak the bad guy di sinetron selalu tampil dengan kata - kata kasar, suka melotot, suka ngotot, suka ngeledek, dan banyak lagi.. Pokoknya dikondisikan agar sekali liat langsung ketauan the bad guy-nya.
Beberapa bulan terakhir jika akrab dengan orang2 yang berseberangan dengan PSSI sebenarnya keliatan jelas siapa the good guy siapa the bad guy.. Siapa yang suka bicara memplintir fakta (kongres Bali lebih kuasa ketimbang statuta FIFA), siapa yang berusaha menutupi kasus (PT LI menolak untuk diaudit oleh auditor independen dari pihak yg berwenang), dan banyak lagi lainnya yang sebagian besar Kompasianer pasti sudah sangat paham & tercerahkan.
Sejujurnya rakyat yang tdk termakan hasutan / propaganda kotor media serta komentar busuk pro status quo, sudah sangat muak dan menantikan adanya aksi tegas dari PSSI. Beberapa waktu yang lalu tersiar kabar PT LI dilaporkan ke KPK, banyak yang menantikan keseriusan dan kelanjutan episode KPK ini. Karena hasil dari investigasi KPK bisa menjadi cara untuk menyakinkan khalayak yang belum tersadar.
PSSI sejatinya terlalu banyak pertimbangan sehingga saking banyaknya yang ditimbang jadi terlihat lamban. Semakin banyaknya desakan untuk mensuspens PSSI dapat menjadi preseden buruk bagi cita-cita membangun sepakbola indonesia yang bersih dan professional. PSSI harus bisa berkerja cerdas untuk mematahkan perlawanan kaum statusquo yang tak segan - segan untuk menggelontorkan dananya untuk merebut PSSI kembali ke tangannya. Saat ini saja sudah mulai dikondisikan pembentukan KPSI yang lebih berkuasa ketimbang PSSI maupun FIFA dan dijadikan alat untuk berhadapan head to head dgn PSSI seperti berita berikut http://bola.kompas.com/read/2011/12/31/20174586/Lalu.Mara.Akan.Adukan.Limbong.ke.KPSI
Tidak tahu apakah kali ini FIFA bisa 'ditundukkan' oleh KPSI dari dalam spt halnya NH menundukkan FIFA dulu. Ataukah akan diarahkan agar Indonesia (PSSI) berdasarkan kekisruhan yang ada agar disuspend dari seluruh kegiatan FIFA, untuk selanjutnya memaksa FIFA untuk menjatuhkan sangsi pada Indonesia agar me-"restart" ulang organisasinya. Jika ini terjadi mungkin KPSI akan berusaha menjadi Komite Pembinaaan Sepakbola Indonesia menggantikan PSSI.... Akankah.....????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H