Lihat ke Halaman Asli

Suara Hati Kader Golkar Soal Calon Ketua Umum Partai Golkar

Diperbarui: 16 Februari 2016   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi | sumber: Jitunews.com"][/caption]"Golkar babak belur pas pilkada kemaren,"

Begitulah ungkapan seorang kawan yang juga kader Golkar dan kini duduk di DPRD sebuah kabupaten di Provinsi Riau. Ungkapan itu dia sampaikan dalam perbincangan santai kami belum lama ini saat bertemu di bilangan Jakarta Selatan. Kebetulan hari itu, dia sedang ada urusan di Jakarta.

Perbincangan kami memang lebih banyak soal Partai Golkar. Mengingat kawan ini adalah kader Golkar. Sejak menuntaskan masa studinya di Jakarta, dia kembali ke kampung halamannya dan meniti karir sebagai politisi di kampungnya lewat jalur Partai Golkar. Setelah gagal masuk parlemen daerah pada pemilu 2009, kini dia berhasil duduk sebagai salah satu anggota DPRD di pemilu 2014.

Dia bercerita, dalam pelaksanaan pilkada serentak yang digelar pada bulan Desember lalu, Partai Golkar, jangankan untuk menang, untuk bisa mengusung dan mendukung calon bupati atau wakil bupati saja kesusahan. Penyebabnya, apalagi kalau bukan soal kepengurusan ganda (dualisme) yang dimiliki oleh Partai Golkar. Meski waktu itu, di DPP sudah menyatakan bersatu untuk menghadapi pilkada, namun di daerah, kondisi itu tidak terimplementasi dengan baik.

Karena kondisi ini, beberapa kader potensial Partai Golkar gagal maju dalam hajatan pilkada khususnya di Provinsi Riau. Padahal, Provinsi Riau merupakan salah satu basis Partai Golkar di pulau Sumatera. Pada pemilu 2014, Golkar menjadi kampiun di Provinsi Riau.

Konflik internal Partai Golkar yang berlangsung lebih dari satu tahun ini, disadari atau tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksistensi dan elektabilitas Partai Golkar di daerah. Mungkin, bagi mereka yang dalam satu tahun terakhir berebut kue kekuasaan di DPP Partai Golkar, tidak merasakan hal tersebut, namun bagi pengurus DPD I dan II serta kader Golkar di daerah, konflik internal ini memiliki efek yang luar biasa. Mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat pemilih, sehingga mereka merasakan betul bagaimana suasanan kebatinan masyarakat terhadap Partai Golkar.

Kawan ini sebenarnya cukup berharap pada proses munas Partai Golkar yang akan berlangsung dalam satu atau dua bulan ini. Menurutnya, ini adalah momentum untuk menyatukan kembali Partai Golkar yang sudah tercabik-cabik dalam satu tahun terakhir.

Namun, terkait dengan siapa sosok yang paling pas untuk menjadi Ketua Umum Golkar? Kawan ini sedikit memberi kriteria dan bagaimana biasanya kader Golkar menentukan pilihan. Menurutnya, Partai Golkar merupakan partai yang selalu ingin menjadi bagian dari pemerintahan. Katanya, sulit membayangkan Partai Golkar itu menjadi oposan sejati.

"Partai Golkar itu partai pemerintah," tegasnya.

Sehingga menurutnya, langkah Partai Golkar untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan merupakan langkah yang kembali ke asalnya.

"Lalu, siapa sosok yang kira-kira dipilih untuk jadi Ketua Umum Golkar?," tanya saya menegaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline