Prolog
Adakah yang pernah mendengar atau membaca mengenai Politik Pita Hitam Soviet yang menyebabkan di tembak jatuhnya pesawat Korean Air dengan kode penerbangan KAL 007 di lepas pantai Sakhalin pada pagi hari tanggal 1 September 1983. Mari buka peristiwa 5 tahun sebelumnya, atau lebih tepatnya saat penemuan terbesar pada masa itu, dalam pengendalian radiasi fusi nuklir untuk di rekayasa menjadi sebuah energi murni, oleh kelompok ilmuwan dari negara Jepang yang berkolaborasi dengan Institute Sains Amerika di tahun 1978 yang ketua forum dan pimpinan penelitian saat itu, yaitu Prof. Dr. Edward Sano dan Dr. Allan Pike.
Operasi Chubovka
Prof. Dr. Edward Sano, adalah seorang ilmuwan dan pakar fisika dan fusi nuklir berkebangsaan Jepang. Anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Kenzo Sano dan Rita Karaeng yang berdarah Bugis Makassar. Mendirikan Sano Technology pada tahun 1973 dan bekerja di pusat riset Badan Antariksa Amerika Serikat (Nasa) dan menjadi pelopor dalam pembentukan pusat riset dan kajian, Asosiasi Institute Sains dan Teknologi Jepang atau JAIST bersama dengan Dr. Dimitri Azzakov asal Uni Soviet dan Dr. Allan Pike.
Hasil riset itu telah di ketahui oleh pihak Soviet yang telah bekerja sama dengan berberapa perwira tinggi di Asia termasuk Indonesia saat itu, dan segera mengirimkan berberapa anggota agen KGB sebagai bagian dari operasi terselubung Chubovka.
Setelah membentuk Diafragma (di percaya sebagai kode sandi penyusun Algoritma Nuklir) pertama di dunia pada tahun 1983, berberapa peneliti saat itu dikabarkan telah di culik dan menghilang, sebagian lagi di eksekusi.
Dalam perjalanan pulang ke Amerika, Dr. Allan Pike mencoba memberitahu Prof. Dr. Edward Sano yang sedang berada di New York saat itu, bahwa dirinya telah menjadi target nomor satu Soviet dan di minta untuk segera kembali ke Tokyo, atas perlindungan penuh komite panel sains Asia pada saat itu.
Semua hasil laporan di periksa, saat itu seorang panglima tinggi Soviet yang bertugas, mengirimkan berberapa mata mata termasuk ke negara Indonesia, untuk mencari dokumen, tetapi tidak menemukan hasil dari pengembangan Nuklir, yang rencananya akan di gunakan oleh pihak Uni Soviet pada masa itu untuk program nuklir.
Sejak tahun 1952 Soviet sudah berencana untuk membangun pusat reaktor nuklir, agar dapat membangun pesawat pesawat siluman pembom jarak jauh, yang membutuhkan bahan bakar sangat besar. Ilmuwan nuklir ternama asal Soviet Alexandrov, pada tahun 1955 pernah membuat skala pembangunan jangka panjang hingga 30 sampai 40 tahun mendatang, rencana yang pada masa itu cukup revolusioner.
Nuclear Non-Proliferation Treaty (NNPT) atau Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, yang di tanda tangani pada 1 July 1968 sendiri membuat peraturan yang sangat jelas dalam pengembangan nuklir, yang tujuannya untuk membatasi kepemilikan di antara negara negara besar yang mengikuti perjanjian ini. Soviet di curigai saat itu sedang berencana tidak akan meratifikasi perjanjian NNPT dan diam diam akan melakukan pengembangan nuklir demi tujuan dan kepentingan di masa depan.
Prof. Dr. Edward Sano, saat itu menolak dengan sangat keras untuk memberikan hasil riset kepada pihak Soviet dan bersama anggota kongres Amerika Serikat Lawrence Patton McDonald, M.D atau Larry McDonald, akan meninggalkan New York menuju Seoul untuk menghadiri The 30th Anniversary of United States - South Korea Mutual Defense Treaty.