Lihat ke Halaman Asli

Gagal Move On :(

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"ikhlas nia, biarkan mereka mencaci dan memaki, tapi itu bukan alasan bagi kamu untuk menjadi seperti mereka. karena kejahatan tidak harus dibalas dengan kekerasan."

Aku masih terngiang omongan mamah saat aku terisak dipelukannya tempo lalu, dan itu menjadi pembelajaran berharga buatku kedepannya.

Sudah satu tahun sejak peristiwa itu tapi aku belum bisa untuk semudah itu melupakan semuanya, karena sampai detik ini aku masih bisa mengingat setiap detail yang terjadi pada waktu itu. Saat dimana kalimat itu keluar tanpa ada pertimbangan dari dirinya. Dan sudah satu pula aku tak juga bertegur sapa dengannya setiap kali kita bertemu.

" Loe itu manusia atau binatang sih. Loe itu Robot atau apa ? dimana hati nurani loe. dimana perasaan loe. Dasar Khianat, Biadab Loe."

kalimat itu kembali terngiang saat aku berpapasan dengannya pagi ini. Rasanya berat kalau harus bertegur sapa atau hanya sekedar tersenyum saat bertemu dengan dia. Padahal dia sudah menyiapkan senyum terbaiknya ketika berpapasan denganku, tapi aku selalu mengalihkan pandanganku.

" kenapa sii kamu setiap kali bertemu Edo selalu mengalihkan pandangan ?" Tanya Citra kepadaku.

" gak kenapa kenapa" jawabku singkat kerena aku gak mau orang lain tau apa yang menyebabkan itu terjadi. Dan aku juga gak mau luka yang hampir mengering basah kembali ketika aku bercerita kepada Citra nantinya, Citra adalah teman terdekatku saat ini di kantor, meskipun kami baru beberapa bulan bertemu tapi hubungan kami sungguh dekat. tapi itu gak bisa menjadikanku alasan untuk bercerita mengenai masalaluku bersama Edo.

Edo adalah masalalu yang seharusnya sudah aku lupakan sejak setahun yang lalu, tapi karena kami dipertemukan kembali dalam satu kantor, mau gak mau aku harus berjuang untuk kembali melupakannya. Dan aku tau itu gak mudah. Karena bagaimanapun Edo pernah ada di hatiku dan dikehidupanku. Pernah ada?? Wait wait wait, pernah ada atau masih ada . entahlah. Aku tersenyum ragu.

Aku menghela hafas panjang ketika tahu kalau aku harus satu tim bersama Edo saat nanti acara outbond yang rutin di adakan kantorku setiap tahunnya.

" Tuhan, kenapa harus satu tim bersamanya." aku menggerutu dalam hati.

Dan hari yang paling aku tidak harapkanpun tiba, hari dimana aku harus bersama Edo dalam satu kebersamaan, dan aku rasa itu hari terberat yang harus aku jalani. Aku berusaha sebisa mungkin bersikap biasa biasa saja ketika aku harus terlibat percakapan kecil bersamanya. Tapi lagi lagi ada dentuman keras sekali dihatiku  saat Edo memanggil dan menyebut namaku, memaksa otakku untuk kembali masuk dikejadian satu tahun lalu saat aku masih menjalin hubungan dengannya. saat statusku masih menjadi kekasihnya. bukan seperti sekarang yang hanya sebagai temannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline