Membaca kunci keberhasilan. Dengan gemar membaca otak dapat menyerap pengetahuan lebih baik terutama pada kalangan remaja yang mampu menyerap ilmu dengan maksimal. Namun banyak remaja yang tidak menyukai kegiatan membaca karena menurut mereka hal itu membosankan. Membaca sendiri adalah salah satu kegiatan di mana kita dapat menambah wawasan dengan cara melisankan atau hanya dalam hati dan memahami tulisan yang dilihat.
Namun sayangnya minat baca di Indonesia terbilang rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mensurvei bahwa pada tahun 2023 masyarakat Indonesia secara keseluruhan berada di angka 59,52 dengan durasi 4-5 jam per minggu dan 4-5 buku per triwulan. Hal ini sangatdisayangkan karena dari membacalah kita banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, selain itu membaca membantu kita dalam mencegah penyakit alzheimer.
Kurangnya minat baca pada masyarakat sangatlah mengkhawatirkan terutama pada kalangan remaja hal ini karena berpengaruh pada masa depan negara, apabila kualitas sumber daya manusia pada negara tersebut rendah maka negara tersebut tidak akan mampu bersaing dengan beberapa negara.
Kurangnya minat baca dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan bacaan yang kurang menarik, tidak ada dukungan dari lingkungan sekitar, kurangnya motivasi, dan fasilitas perpustakaan yang belum memadai. Perkembangan zaman di era globalisasi mengharuskan para remaja untuk mengikuti pembelajaran secara daring terutama pada saat pandemi yang membuat para remaja lebih sering membuka ponsel pintar di bandingkan buku bacaan, menggunakan waktunya untuk bermain gim dan media sosial.
Menurut Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 99,16% remaja Indonesia sudah menggunakan internet setiap hari. Penggunaan ponsel pintar dan internet tidak dapat dilepaskan dari kehidupan mereka hal ini karena banyak fitur yang menarik dan mudah diakses.
Oleh karena itu, media massa dan media elektronik berinovasi membangkitkan minat baca para remaja dengan membuat perpustakaan digital, buku elektronik, jurnal, membentuk klub membaca baik luring maupun daring dan mengadakan lomba baca lalu memberikanumpan balik atas apa yang telah dibaca.
Tidak disangka-sangka penggunaan media massa sebagai sarana membaca membantu membangkitkan minat baca para remaja karena tampilan yang menarik juga kekinian dan dapat di bawa kemana saja. Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu mengubah pola pikir siswasiswi terhadap membaca.
Hal ini mendorong sekolah terus berinovasi untuk membangkitkan minat baca generasi muda seperti dengan menciptakn gerakan literasi yang mewajibkan siswa dan siswi wajib membaca. SMAN 3 Cibinong sendiri sudah menerapkan gerakan literasi dan menyediakan tempat untuk para siswa dan siswi membaca.
Gerakan tersebut bernama Gerakan Literasi Smantic (Gliters) dimana setiap siswa siswi di wajibkan untuk membaca 1 kali dalam seminggu di hari senin. Mereka membaca melalui berbagai media, salah satunya media massa daring berupa internet untuk mengakses buku bacaan dan mengisi form lembar baca yang berisikan ringkasan dari apa yang mereka baca. Kegiatan ini sudah berlangsung kurang lebih 1 tahun di SMAN 3 Cibinong dengan harapan dapat membuat siswa siswi menjadi terbiasa membaca serta membudayakan kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang sukses adalah mereka yang tidak malas untuk membaca, karena dengan membaca mereka dapat belajar dan mencari cara untuk merubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik. Penggunaan Media massa yang ada disekolah diharapkan mampu membangkitkan minat baca siswa siswi dengan pengawasan dan bimbingan para guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H