Lihat ke Halaman Asli

Agung Santoso

Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Membaca Dunia Melalui Data

Diperbarui: 10 Januari 2025   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik/DilokaStudio 

Saya sangat tertarik dengan perbincangan antara Wakil Menteri di Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, dengan wartawan kondang Andy F. Noya dalam acara Kick Andy yang membahas tema "Otak vs AI". 

Diskusi ini mengupas secara mendalam keuntungan dan kerugian eksistensi Artificial Intelligence (AI) di dunia modern. Salah satu bagian menarik dalam percakapan tersebut adalah ketika Prof. Stella mengungkapkan bahwa AI memberikan jawaban berdasarkan data yang telah ada dan diprogramkan. 

Namun, data ini terus berkembang dan tak jarang mengandung bias yang dapat mempengaruhi keadilan dalam pengambilan keputusan.

Fenomena ini dapat kita temukan lebih lanjut dalam buku Noise: A Flaw in Human Judgment karya Cass Sunstein, Daniel Kahneman, dan Olivier Sibony, yang menguraikan bagaimana bias dalam data dapat merusak objektivitas dalam pengambilan keputusan.

Lantas, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan data?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), data adalah keterangan yang benar dan nyata, atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian, analisis, atau kesimpulan. Dalam pandangan Arikunto Suharsimi, data adalah serangkaian fakta dan angka yang digunakan untuk menyusun informasi. Sementara itu, menurut Slamet Riyadi, data adalah sekumpulan informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan dapat berbentuk angka atau simbol.

Mengungkap Kondisi Data Dunia

Dunia dapat kita pahami dengan menggali data dari berbagai sumber, seperti yang disediakan oleh website undp.org yang memuat informasi tentang kondisi global. Sebagai contoh, jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai 8,12 miliar pada tahun 2024.

 Pertumbuhan ini mencerminkan kemajuan dalam bidang teknologi, kesehatan, dan infrastruktur yang mendukung berkembangnya populasi sejak tahun 1980. Pada tahun 2020, dunia menghasilkan 47,5 ribu juta ton setara karbon dioksida angka ini terus meningkat sejak 1990.

Sementara itu, data dari tahun 2022 menunjukkan bahwa 9% dari populasi dunia masih hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem, dengan pendapatan kurang dari $2,15 per hari. Meskipun ada kemajuan, angka ini masih terlampau tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline