Lihat ke Halaman Asli

Agung Santoso

Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Climate Change dalam Ramalan Ronggowarsito

Diperbarui: 31 Mei 2024   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : Dokumen Pribadi (2024)

Seorang fisikawan Prancis, Joseph Fourier (1824) mengejutkan dunia dengan penemuannya bahwa gas rumah kaca dapat memengaruhi suhu bumi. 

Penemuan yang meresahkan penghuni dunia inilah yang mendorong digelarnya Konferensi Meteorologi Dunia Pertama di Jenewa, Swiss pada tahun 1979. 

Dalam konferensi ini, para ilmuwan sepakat untuk membentuk Komite Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) yang akhirnya resmi didirikan pada tahun 1988.

Climate change kini telah menjadi salah satu isu penting yang mendapat perhatian khusus dari masyarakat dunia. 

Efek nyata yang ditimbulkan climate change seperti kekeringan, banjir, dan bencana alam lainnya praktis menyebabkan manusia terjerumus dalam jurang konflik dan kemiskinan.

Ancaman bencana besar ini ternyata sudah muncul dalam ramalan peradaban Jawa. 

Seorang pujangga besar Keraton Solo, Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873), telah menggubah sebuah ramalan yang dipercayai oleh orang Jawa sebagai Sabda Raja Joyoboyo sang awatara Wisnu. Adapun penggalan syairnya adalah sebagai berikut:

"Akeh ingkang gara-gara. Udan salah mangsa prapti. Akeh lindhu lan grahana. Dalajate salin-salit. Pepati tanpa aji. Anutug ing jaman sewu, Wolung atus ta iya Tanah Jawa pothar pathir, Ratu Kara Murka Kuthila pan sirna."

Terjemahannya:

"Banyak kejadian dan peristiwa alam maupun dalam kehidupan masyarakat manusia yang luar biasa. Musim penghujan tidak teratur dan sering datang dengan curah hujan tinggi (kebanjiran) hingga tidak ada curah hujan sama sekali (kekeringan)."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline