Lihat ke Halaman Asli

Agung Santoso

Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tiga Tingkatan Filosofi Hidup Orang Jawa

Diperbarui: 14 Mei 2023   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: National Geographic Indonesia

Setiap bangsa di dunia memiliki ciri yang menggambarkan representasi dari bangsa tersebut. Ciri ini dapat dirujuk dari Bahasa, bentuk fisik, warna kulit, dan alam pikir (falsafah) nya. Begitupun Bangsa Jawa sebagai salah satu bangsa yang menurut Babat Tanah Jawi sebagai cucu dari nabi syist memiliki kecenderungan berpikir (falsafah) hidup yang unik.

Dalam budaya tutur masyarakat, Filosofi hidup Orang Jawa yang sangat populer adalah tentang tiga derajat dalam hidup. Setiap tingkatan derajat hidup melambangkan sebuah tingkat pencapaian yang harus diraih dengan prinsip hidup yang priatin. Adapun ketiga tingkatan tersebut adalah:

Pertama, Kasekten, merupakan anugerah yang dimiliki oleh seseorang  yang menunjukkan bahwa dirinya lebih unggul disbanding dengan orang lain (liyan). Anugerah ini bisa berupa kepintaran, kejadugan, kekayaan, dan jabatan. 

Kedua, Kamukten, merupakan pengelolaan anugerah yang dimiliki yang dimanfaatkan secara positif, maka akan mendapat gelar "Mukti" atau secera sederhana menebarkan manfaat kepada banyak orang dengan modal anugerah yang dimiliki. 

Dan ketiga, Kamulyan, merupakan puncak dari derajat hidup orang jawa, yakni mengimplementasikan kasekten, kamukten, yang tujuannya disandarkan kepada kepada Allah.swt.

Masing-masing derajat adalah cerminan kesadaran spiritual bagi manusia. Kasekten di identikkan dengan kemampuan dan kelebihan, Kamukten mencerminkan kebijaksanaan dan kemampuan membantu sesama, sedangkan Kamulyan merupakan upaya untuk selalu terhubung dari seorang Kawula dengan Gusti Allah Yang Maha Esa. Kesadaran spiritual menjadi penting dipelajari pada era modern ini, hal ini bukan tanpa sebab. Pandemi Covid -19 yang merenggut jutaan nyawa manusia di dunia yang lalu membuktikan bahwa kemampuan manusia dalam menangani kehendak Allah sangatlah lemah.

Tidak semua orang mampu mencapai derajat kamulyan. Namun falsafah ini mampu menjadi sebuah panduan hidup yang positif bagi seluruh umat manusia khususnya orang jawa. Dengan mawas diri maka kita sendiri mampu mengidentifikasi pada derajat mankah sebenarnya kita sedang berada saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline