Lihat ke Halaman Asli

Mengistirahatkan Kuasa Jemari dengan Meditasi

Diperbarui: 1 April 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudahkah kita menemukan hikmahdari kehidupan ini? Sebagian dari kita sepertinya telah mengabaikan pelajaranterpenting dalam hidupnya. Hampir di setiap peristiwa kehidupan, kemalangan,kehilangan, kesusahan hingga derita kematian tak selalu benar-benar kita ambilsebagai pelajaran. Kita hanya berucap innalillah kemudian melupakannyabegitu saja. Artinya, kita telah berlaku zalim, sia-sia dengan kehidupan kitasendiri.

Tidak ada kurun waktu yang membingungkanmelebihi apa yang sekarang kita alami. Kemajuankah atau kemunduran? Saatteknologi telah sedemikian maju, perilaku dan budaya kita justru Mengalamidegradasi. Saat komunikasi telah dibuat mudah, kita bahkan kehilangan relasiyang sesungguhnya.

Hari ini, kita telah kehilangan banyak hal; petuah bijak, dongeng tentang kearifan dan hal-hal penting lain  sebagai pegangan hidup. Bahkan apa yang jelas telah kita miliki, kita distorsi fungsinya menurut kehendak nafsu.Bukankah telinga dibuat dua, mata dibuat sepasang tapi mulut hanya dibuat satu,agar kita lebih banyak mendengar dan melihat dengan kejernihan daripada berkata-kata.Sementara mulut diciptakan satu punya filosofi, agar apa yang kita lihat, bau, dan dengar bisa disampaikan secara jujur tanpa ada gesekan atau benturan di antara indra yang berpasangan. Melalui proses berpikir yang dilakukan otak untuk mengolah informasi yang masuk, baik dari mata, telingan maupun hidung, mulut memiliki peran penting agar informasi yang keluar berimbang dan obyektif.

Mengapa kemudian kita merasa kehilangan fungsi sebenarnya dari indra tersebut? Yah, karena fungsi penting dari otak dan mulut  telah diambil perannya oleh kedua tangan. Harus diakui, gerak dan fungsi kedua tangan, dengan berbagai model jemari, jauh lebih leluasa. Ia bisa bertindak apapun tanpa harus menunggu komando otak dan bisa mendahului mulut. Dan seperti telah tertulis dalam firman Allah, betapa kerusakan yang ada di muka bumi ini karena ulah (tangan) manusia.

Kini, kita benar-benar baru menyadarifirman itu. Kerja keras otak manusia yang menghasilkan kemajuan iptek akhirnya menjadi bumerang bagi peradaban manusia itu sendiri. Gajet yang hampir 24 jam berada dalam genggaman telah menjadi penguasa diri kita. Dan jemari lentik yang berjumlah 10 ini pula yang mengambil peran mulut, dengan atau tanpa komando akal (sehat). Apa yang terjadi kemudian? Kuasa tangan telah sedemikian tak terbendung. Kerusakan demi kerusakan terus berlangsung, buah dari jemari kita yang tak sekadar mengetik, tapi juga mengajak, menghasut, mengadu domba,membenturkan hingga menikam saudara sendiri. Semua bebas dilakukan tanpa kontrol otak yang telah dimatikan perannya. Kita sudah malas berpikir atau menalar segala sesuatu karena kuatnya nafsu yang menyelubungi hati dan mudahnya melampiaskan hasrat.

Hari ini, mungkin kita perlu muhasabah. Instropeksi atas apa yang telah kita lakukan selama ini. Ada waktunya kita perlu mengistirahkan mata, telinga, kuping dan indera lainnya,termasuk jemari kita dari riuh dan gempita semesta pada gawai di tangan kita.Sejenak merebah menghirup sejuk udara, mengosongkan segala yang di kepala dan mengisi dengan rasa, mengolahnya dengan kejernihan hati dan pikiran, meneruskan ke segala penjuru raga, agar semua merasakan damai dalam keheningan nan menundukkan ego kita.

Marilah kita melihat lebih kedalam, mendengar suara hati dan meraba merasa lewat jemari yang saling menggenggam, menyatukan kata hati untuk menemukan hikmah sejati dari kehidupan ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline