Lihat ke Halaman Asli

Ini Kelebihan Ridwan Kamil Dibanding Pesaingnya

Diperbarui: 30 Januari 2016   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejauh ini, publik pasti mengakui bahwa persaingan untuk menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta telah mengerucut pada 2 nama saja, yaitu Pak Ridwan Kamil (RK) dan Pak Basuki Tjahaya Purnama (BTP), pesaing-pesaing lainnya agaknya secara hitung matematika, fisika, biologi atau dihitung pakai kalkulator super canggih pun, hasilnya tak akan bisa mengungguli pesona dua tokoh ini, sebenarnya ada satu tokoh lagi yang sekaliber mereka, tapi nampaknya mengharapkan ibu hebat tersebut untuk ikut persaingan atau berkolaborasi dengan salah satu dari mereka adalah bagai pungguk merindukan bulan, selain baru saja terpilih kembali memimpin rakyat Surabaya, perahu yang digunakan oleh Pak RK dan Pak BTP dengan partai pendukung Walikota Pencinta Taman tersebut, sepertinya belum bisa "bertemu" dalam satu periuk untuk menggolkan kepentingan bersama, setidaknya dalam waktu dekat ini.

Sayangnya suami dan ayah teladan yang akrab disapa Kang Emil tersebut, sampai hari ini belum juga memberikan isyarat apakah menerima pinangan 2 partai yang sudah terang-terangan menggelar karpet merah demi memuluskan langkah beliau untuk memenangkan hati warga Jakarta pada Pilgub DKI 2017 mendatang. Jika sampai dengan batas waktu pendaftaran pasangan calon, kang emil belum juga mengiyakan, maka hampir dapat dipastikan tiada lawan yang cukup berat untuk menghentikan langkah Pak BTP memimpin Ibu Kota dari hasil "Jerih Payah" sendiri, bukan sekedar mendompleng atau "pemberian" dari pasangan sebelumnya.

Inilah momentum pembuktian yang sebenarnya bagi Pak BTP, apakah gaya kepemimpinan tangan besi dan otot kawat yang dia pertunjukkan benar-benar disukai atau malah menjadi antipati bagi dirinya, namun secara pribadi penulis meyakini bahwa style kepemimpinan yang "unik" tersebutlah yang mendongkrak popularitas Pak BTP, sehingga sangat beralasan jika para pendukung dan simpatisan Pak BTP melakukan segala upaya, taktik dan siasat agar Pak RK benar-benar batal ikut persaingan, karena "mereka" menyadari batu sandungan terbesar bagi Pak BTP untuk duduk kembali memimpin warga jakarta adalah keiukutsertaan Pak RK dalam Pilgub tersebut.

Tetapi jika dalam perjalanannya Kang Emil berbulat tekad untuk memberikan Pengabdian, Karya, Kecerdasan, kejujuran, Kasih Sayang dan ketulusannya agar tidak hanya dirasakan oleh wong Bandung saja, maka "alamat buruk" bagi Pak BTP, karena ia akan menghadapi lawan berat, betapa tidak beberapa kelebihan Pak RK dapat menjadi kartu truf bagi beliau, diantaranya:

1. Tanpa bermaksud mengoreng-goreng isu SARA, tapi hanya berdasar analisis dan kebiasaan yang berlaku, Kang Emil lebih diuntungkan jika dilihat dari kedekatan secara kultur, agama, sosial dan budaya dari calon pemilih, sebabnya adalah ikatan primordialisme sudah mengakar kuat di kehidupan masyarakat, walaupun banyak pihak mengatakan bahwa persoalan-persoalan "remeh temeh" tersebut bukan lagi menjadi daya ungkit bagi calon tertentu, tetapi hal tersebut tidak boleh dianggap remeh oleh pendukung Pak BTP, karena persoalan "merasa satu daerah, satu suku, satu agama, dan lain sebagainya" akan bisa berdampak signifikant, jika dua pasang calon sama berkualitasnya, karena pada saat-saat krusial tersebutlah, maka kelebihan sekecil apapun akan bisa menjadi alasan final bagi para pemilih untuk menentukan pilihannya kepada Pak RK. Kecuali saingan Pak BTP misalnya Pak Haji Lulung, maka meskipun diuntungkan secara kedekatan psikologis, kualitas kepemimpinan H. Lulung masih dibawah Pak BTP, sehingga perasaan satu daerah dan senasib sepenanggungan tidak akan terlalu berpengaruh.

2. Terkait dengan ketegasan dalam memimpin, walaupun tidak secara mutlak orang mengakui bahwa kedua sosok pemimpin ini sama ketegasannya, namun secara umum masyarakat sama mengamini bahwa mereka berdua adalah sosok pemimpin yang tegas, bedanya jika Pak BTP dinilai sangat garang dan cenderung kasar dan membabi buta, maka Pak RK dinilai lebih humble dalam menerapkan sikap tegasnya, terbukti beliau makin dicintai rakyatnya sejalan dengan wajah bandung yang dari hari ke hari makin membaik dalam segala bidang, dan praktis tidak ada konflik yang menjurus lapor melapor ke pihak yang berwajib seperti Pak BTP yang acap kali lakukan, yaitu berseteru dengan warganya sendiri. Bibit-bibit kebencian dan permusuhan yang telah ditanam oleh Pak BTP dengan sikap arogannya tersebut, akhirnya menuai hasil dengan bermunculannya sekelompok masyarakat yang menjadi haters bagi Pak BTP. Sekali lagi jika hanya sosok H. Lulung yang menjadi lawan Pak BTP, maka kelompok pembenci Pak BTP ini nyaris dapat diabaikan, akumulasi suara mereka menjadi tidak signifikant untuk menggerus perolehan suara Pak BTP, tetapi menjadi persoalan jika Pak BTP bertemu lawan yang sama kuatnya, maka kelompok kecil ini bisa menjadi penentu kemenangan bagi Pak RK.

3. Keputusan Pak BTP untuk memilih jalur independen bisa jadi merupakan titik lemah bagi Pak BTP, khususnya jika bertemu lawan yang sama kuat, tapi didukung oleh Partai. Boleh saja orang berpendapat bahwa partai tidak menjadi penentu kemenangan seseorang, yahh... betul jika pasangan calon yang diusung oleh partai tersebut popularitas dan elektabilitasnya berada sangat jauh di bawah Pak BTP,  tetapi sekali lagi menjadi persoalan jika lawannya memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang hanya sedikit di bawah Pak BTP, wah sirene tanda bahaya layak dinyalakan oleh para pendukung Pak BTP, apalagi jika waktu pemiihan masih cukup lama, segala sesuatu bisa saja terjadi, misalnya tingkat kepopuleran dan elektabilitas Pak RK makin naik dari hari ke hari, bahkan bukan tidak mungkin menyalip prosentase Pak BTP, yap... disinilah mesin partai bekerja, saat-saat genting seperti inilah peran partisipan partai tak boleh diabaikan begitu saja, karena pada saat perolehan suara berimbang, maka suara partai bisa menjadi penentu kemenangan bagi Pak RK. Saran saya jika mau aman, maka Pak BTP baiknya meggandeng PDIP sebagai perahunya, jika ternyata nanti Pak RK benar-benar ikut bursa calon pemimpin DKI, tetapi jika tidak, maka lewat jalur apa saja, Pak BTP sudah dipastikan berada di atas angin.

Demikian 3 (Tiga) kelebihan Pak RK dibandingkan dengan Pak BTP, jika mereka berdua nantinya HEAD TO HEAD di Pilgub DKI 2017 tahun depan, namun jika Pak RK termakan rayuan gombal para penjegal beliau dan memutuskan untuk tidak ikut menjadi pesaing utama Pak BTP, maka lebih baik kita beramai-ramai mendatangi KPUD DKI, untuk mengusulkan kepada mereka, tidak usah saja dilakukan pemilihan, langsung saja Pak BTP dikukuhkan menjadi Gubernur DKI, karena percuma saja, menghambur-hamburkan uang rakyat untuk sesuatu yang sudah pasti kita ketahui pemenangnya.

 

SALAM PEMILU DAMAI

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline