Guru itu kalau kata Iqbal Dhiafakhri Ramadhan (dan akhir-akhir ini juga dikenal dengan sebutan BAALE) dalam Film-nya "Dilan 1990", guru itu digugu dan ditiru. Artinya setiap apa yang di sampaikan oleh guru, maka oleh siswa-nya harus di gugu (di turut). Setiap apa yang di lakukan oleh guru, maka perlu di tiru. Misalnya, dalam tayangan film tersebut, ada adegan dimana seorang guru SMA memukul siswa-nya, tiada lain dan tiada bukan siswa-nya adalah Dilan. Singkatnya, Dilan yang dianggap oleh gurunya sebagai siswa yang selalu membuat onar dan kerusuhan di sekolah. Gurunya pun merasa jengkel, dan kesabaran-nya pun habis sampai pada akhirnya gurunya itu memukul Dilan. Namun, seorang Dilan pun tidak diam begitu saja, dia merasa tidak adil, dan akhirnya dia pun memukul balik gurunya itu. Nah, disinilah awal mula Dilan memberikan pendapatnya bahwa guru itu di gugu dan di tiru. Guru memukul, ya sebagai siswa nya pun akan memukul balik.
Itulah sekilas tentang arti dan peran seorang guru menurut seorang Dilan. Namun sebetulnya, arti dan peranan seorang guru jauh daripada digugu dan ditiru. Banyak sekali arti dan peranan seorang guru, sampai-sampai tidak terhitung. Karena setiap orang, ilmuan serta para ahli berbeda-beda anggapan tentang guru. Misalnya, kata Imam Al-Ghazali, seorang guru adalah sosok yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab atas perkembangan moral dan spiritual murid-muridnya. Selanjutnya, guru juga dianggap sebagai orang tua kedua yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan akhlak murid.
Kata Ibnu Sina, guru itu merupakan fasilitator dalam proses pendidikan. Beliau menekankan pentingnya metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan mental dan emosional anak. Guru tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga harus memahami kebutuhan dan potensi setiap siswa. Kemudian, kalau kata Ki Hajar Dewantara (ahli pendidikan Indonesia), menurutnya guru itu sebagai "tut wuri handayani", yang berarti seorang guru harus mampu memberi dorongan dari belakang. Guru harus menjadi panutan dan memberikan bimbingan yang baik, sehingga siswa bisa berkembang secara mandiri.
Dari berbagai macam pandangan para ahli diatas, kalian bisa mempersepsikan dan menginterpretasikan-nya secara mandiri. Mau mengimani pandangan dari Imam Al-Ghazali, atau pandangan Ibnu Sina, ataupun Ki Hajar Dewantara, ya silahkan saja. Apalagi dari ketiga pendangan tersebut kalian kolaborasikan dan jadikan sebagai pedoman pendidikan, itu akan sangat bagus dan relevan sekali. Kendati demikian, seorang guru tidak hanya menjadi guru saja yang hanya mengimani pandangan-pandangan diatas. Seorang guru-pun perlu memahami dirinya sendiri, sudah sampai mana kualitas dirinya sebagai guru? Maka daripada itu, ada tingkatan-tingkatan atau level seorang guru berdasarkan ke-profesionalitasan-nya.
Munif Chatib, seorang pakar pendidikan di Indonesia serta penulis buku-buku populer tentang pendidikan pernah memberikan konsep serta pernyataan tentang "empat level seorang guru". Keempat ini menggambarkan tingkat kompetensi dan profesionalisme guru dalam pendidikan. Diantaranya sebagai berikur;
Medium Teacher
Guru pada level ini menjalankan tugasnya dengan tetap konsisten. Mereka cenderung fokus pada penyampaian materi pelajaran tanpa banyak berusaha untuk melibatkan atau memotivasi siswa secara mendalam. Keberhasilan mereka dalam mengajar biasanya cukup untuk mencapai tujuan akademis yang telah ditetapkan, tetapi tidak lebih dari itu. Misalnya, seorang guru kelas yang rutin mengikuti jadwal pelajaran, memberikan tugas, dan mengoreksi pekerjaan rumah tanpa menambahkan aktivitas atau variasi. Mereka memenuhi tanggung jawab mereka tetapi jarang mencari cara untuk membuat pembelajaran lebih menarik atau mengatasi kebutuhan khusus siswa.
Good Teacher
Guru di level ini lebih berkomitmen dalam mengajar. Mereka tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga berusaha untuk memahami kebutuhan dan kemampuan siswa mereka. Mereka aktiv mencari cara untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan bagi siswa. Meskipun demikian, mereka masih cenderung mengikuti metode pengajaran yang telah ada tanpa banyak inovasi. Misalnya, seorang guru yang membuat suasana kelas lebih menyenangkan dengan menggunakan berbagai metode seperti diskusi, proyek kelompok, dan kuis interaktif. Mereka memperhatikan kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang berguna, tetapi masih mengikuti pendekatan yang sudah umum digunakan.
Excellent Teacher
Guru yang berada di level ini memiliki keterampilan mengajar yang baik. Mereka mampu membuat pembelajaran menjadi sangat menarik dan menginspirasi. Mereka berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang posistif dan memotivasi siswa untuk mencapai potensi penuh mereka. Mereka juga aktiv dalam pengembangan profesional dan sering mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pengajaran mereka. Misalnya, seorang guru yang sangat kreatif dalam merancang pelajaran. Mereka mengintegrasikan teknologi seperti aplikasi pendidikan dan video untuk meningkatkan pemahaman siswa. Mereka juga sering melakukan penilaian formatif untuk menilai pemahaman siswa secara terus-menerus dan menyesuaikan metode pengajaran mereka sesuai dengan umpan balik siswa.