Ketika Pak Beye ingin betul betul memurnikan demokrasi dimana menurut beliau adanya monarki bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, Mengapa disisi lain Pak Beye ini justru malah bersikap yang sebaliknya? Sebagai rakyat, tentunya kita harus jeli untuk berfikir dan melihat apa yang telah dilakukan beliau ini. Jangan salahkan jika jawabannya justru berbanding terbalik. Dengan apa yang telah beliau perbuat yang pada kenyataannya sangat jauh dari nilai-nilai demokrasi. Ketika Pak Beye menggugat system monarki yang ada di daerah keistimewaan Yogyakarta, mengapa justru beliau membangun monarkinya? Bagaimana tidak, kita bisa lihat para kader demokrat yang diarahkan untuk selalu tunduk dan patuh pada Ketua Dewan Pembina. Bahkan pernah pada suatu acara konggres Partai democrat terdengar sebuah kabar terdapat adanya pengaturan cara bertepuk tangan meniru suatu acara klompencapir ala Soeharto. Inikah Demokrasi? Sikapnya yang menggandeng Boediono untuk menjadi wapres, tentu saja jauh dari sikap demokrasi. Sepertinya Yudhoyono ini ingin menciptakan demokrasi terpimpin ala orde lama ataupun demokrasi semu ala Soeharto. Nah seperti yang kita lihat saat ini. Sang presiden berlaku seperti 'one man show', keberadaan seorang wapres hanya dijadikan sebuah pelengkap penderita. Tanyakan dalam hati anda, apa peran Boediono sekarang? Sepertinya peran Boediono hanya boneka bagi SBY. Lain cerita bila wapresnya masih Yusuf Kalla, namun sepertinya sang diktator ini takut kalah pamor dengan pak JK. Disisi lain perlu kita cermati bagaimana seorang pengacara terkenal, bang Ruhut Sitompul yang mewacanakan presiden bisa dipilih kembali setelah dua periode. Saya sangat yakin, haqqul yaqin bahwa pak ruhut ini sangat mengetahui apa yang disebut konstitusi dan tentunya sebagai pengacara senior beliau jauh lebih memahami daripada saya. Namun kenapa sang Ruhut-pun bisa mewacanakan seperti itu? Apakah ini juga bisikan dari seorang Pak Beye untuk melakukan sebuah 'test case'? Jujur, bukan saya bersuudzon kepada Pak Beye ini yang selalu mencitrakan beliau adalah seorang demokrat sejati, namun jika apa yang beliau lakukan hanya sekedar untuk melanggengkan kekuasaannya, jangan jangan ini adalah sebuah scenario 'test case' dari beliau. Beliau dengan sengaja melempar wacana ini supaya masyarakat bereaksi. Jika masyarakat nantinya bereaksi dan mendukung bahwa Sri Sultan HB X bisa memegang kepemimpinan lebih dari masa jabatan maksimal seorang gubernur, jangan jangan hal ini akan dijadikan dasar alasan beliau dan antek-anteknya untuk menjadi presiden ke tiga kalinya. Jadi sikapi hal ini dengan arif, jangan sampai kita terpancing oleh skenario politik yang sedang digelar. Kita telah tertipu dengan dua kali beliau memimpin. Jangan sampai kita tertipu untuk ketiga kalinya. Salam Diktator! Mas Pink Nijmegen, November 2010 Gambar: www.google.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H