Lihat ke Halaman Asli

marzuqoh nabilah

Mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas Vokasi Prodi Perbankan dan Keuangan

Pemicu Prasangka terhadap Politikus di Era Gempuran Pemilihan 2024

Diperbarui: 24 Mei 2023   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Abstrak: Prasangka merupakan sebuah sikap negatif terhadap individu atau kelompok tertentu yang berdasarkan pada persepsi subjektif tanpa adanya pengalaman secara langsung. Pemicu prasangka terhadap politikus dapat terjadi karena berbagai faktor seperti media yang menyebarkan liputan negatif, pengalaman pribadi seperti adanya tindakan korupsi, stereotipe seperti pandangan politikus pasti akan korupsi, dan informasi tidak yang tidak diperiksa kebenarannya. 

kata kunci: Prasangka, Politikus, Pemilihan

Pemilihan 2024 di Indonesia menjadi momen penting bagi politikus untuk memenangkan hati pemilih. Ada banyak pemicu yang dapat meningkatkan popularitas seorang politikus dalam era gempuran Pemilihan yang akan diadakan pada tahun 2024 mendatang. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pemicu apa saja yang menyebabkan adanya prasangka terhadap politikus.

Politikus di era gempuran pemilihan 2024 menghadapi tantangan yang sangat besar. Pemilihan ini akan menjadi salah satu pemilihan paling penting dalam sejarah, karena akan menentukan arah politik dan kebijakan nasional selama beberapa tahun ke depan. Politikus harus mampu menangkap perasaan dan aspirasi masyarakat, mengartikulasikan visi dan misi yang meyakinkan.

Media menjadi salah satu pemicu prasangka terhadap politikus dengan memberikan liputan negatif tentang seorang politikus. Hal ini dapat menyebabkan stereotipe negatif terhadap politikus tersebut, sehingga muncul prasangka terhadap politikus. Pengalaman pribadi juga dapat menjadi pemicu prasangka terhadap politikus, misalnya mengalami korupsi oleh politikus tertentu maka akan sulit untuk mempercayai politikus lain dengan mudah.

Stereotipe juga dapat menjadi pemicu prasangka terhadap politikus. Stereotipe seperti pandangan bahwa politikus pasti korup atau tidak dapat dipercaya, dapat menimbulkan prasangka negatif tanpa adanya pengalaman langsung. Informasi yang tidak tepat juga dapat menjadi pemicu prasangka terhadap politikus. Informasi yang tersebar di media sosial yang tidak diperiksa kebenarannya dapat menyesatkan pandangan dan menyebabkan prasangka negatif terhadap politikus.

Tantangan  pemicu prasangka buruk dari masyarakat yang harus dihadapi politikus adalah meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap politik dan pemerintah. Korupsi, nepotisme, dan ketidaktransparan dalam tata kelola pemerintahan telah menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap institusi publik. Politikus harus mampu menunjukkan bahwa mereka serius dalam memperbaiki dan memperkuat tata kelola pemerintahan, dan akan mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran etika dan hukum.

Dalam menanggulangi pemicu prasangka terhadap politikus, diperlukan kesadaran masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang bias, menganalisis informasi secara kritis, serta memberikan kesempatan kepada politikus untuk membuktikan dirinya. Selain itu, politikus juga harus bertanggung jawab atas tindakan dan ucapannya, sehingga masyarakat dapat mempercayainya lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline