Lihat ke Halaman Asli

M. Suaizisiwa Sarumaha

Berakit-rakit dahulu. Aeru tebai aetu.

Ya'ahowu. Selamat Datang, Pak Presiden RI (Perhelatan Sail Nias 2019)

Diperbarui: 19 September 2019   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi penulis, salah satu bentuk ucapan selamat datang kpd bapak Presiden RI. Ir. Joko Widodo

Perhelatan skala nasional bahkan skala internasional telah membawa wajah baru di daerah terpencil dan jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Perhelatan inipun dijadwalkan akan dihadiri oleh pemimpin nomor satu di Indonesia dan beberapa kementerian yang mendampingi beliau. Perhelatan inipun memakan biaya yang tidak sedikit. Pelaksanaan kegiatan tersebut diharapkan akan mampu memberi dampak positif bagi warga dan masyarakat setempat.

Perhelatan ini membuat reaksi masyarakat antusias tanpa memahami apa sebenarnya yang terjadi. Intinya masyarakat hanya mengetahui bahwa pesta budaya sedang berlangsung di Nias Selatan. Kegiatan sail internasional pada tahun ini dipusatkan pelaksanaannya di Pulau Nias. Sail Nias yang terjadi pada bulan September ini begitu menguras perhatian sebagian masyarakat dan sebagian tidak mengetahui apa-apa tentang kegiatan tersebut.

Bila dilihat dari pamflet, spanduk bahkan baliho yang ukuran besarpun sudah terpampang jelas. Bukan mustahil masyarakat tidak membaca pesan-pesan tersebut. Mungkin hal ini juga karena ketidakmau tahuan masyarakat atau ketidak mengertian? Karena sangat sederhana yang dipikirkan masyarakat adalah, apa yang akan saya dapatkan hari ini, atau apa yang dapat saya makan hari ini.

Perhelatan ini lebih 4000 personil keamanan yang diturunkan untuk mengamankan jalannya kegiatan dimaksud. Bukanlah hal yang mudah untuk mempersiapkan hal ini, karena yang hadir adalah orang nomor satu di Indonesia. Suasana keramaian bukan lagi didominasi oleh masyarakat lokal, melainkan para personil dan tamu/wisatawan lainnya yang entah tidur dan tinggal dimana. Bila personil tentu mereka memasang barak atau tenda-tenda posko maupun basecamp. Namun tamu lainnya yang ingin menyaksikan perhelatan dunia tersebut entah tinggal dimana karena keterbatasan sarana prasarana serta fasilitas (hotel/penginapan dan akomodasi). Pun demikian, disinilah keunikan suatu kegiatan ketika semua serba terbatas bahkan tidak ada. Dengan harapan membawa perubahan dan mengangkat wajah pulau Nias khususnya Nias Selatan.

Satu kesempatan saya bertanya kepada mahasiswa, "kegiatan sail itu apa ya?" namun dengan raut tersenyum (dari wajahnya seperti bingung mau jawab apa) dengan singkat mengatakan "hara avfena urono sail". Maksudnya bahwa, sail baru sakarang saya mendengarnya, ketika pertanyaan itu saya ajukan. Artinya bahwa spanduk dan/atau baliho sebesar itu tidak pernah menjadi perhatian mereka. Bila ditelisik bahwa baliho itu tidak memberi pengaruh kepada masyarakat karena tidak bersinggungan langsung pada aktivitas dan kebutuhan mereka. Dan, salah seorang diantara mahasiswa menjawab "budaya Nias" Pertanyaannya, "apakah Sail Nias yang dilaksanakan di Pulau Nias adalah budaya Nias?"

sail-nias-2019a-5d7b43110d823048674c8bb2.jpg

Bila dicermati hal di atas, dapat saya kemukakan berarti satu 'kekurangan' dan mungkin 'kesalahan' dari penyelenggara bahwa kegiatan yang dilaksanakan tersebut hanya bersinggungan dengan para pelaku usaha besar yang dilakukan melalui proposal dan tender. Sementara pelaku usaha kecil dan para pedagang kecilpun dari masyarakat lokal tidak mendapatkan manfaat yang begitu signifikan. Ketika ditanya kepada masyarakat kegiatan apa yang terjadi di Telukdalam? Jawabnya "pak Jokowi mau datang" Lagi-lagi dengan simpel dan lugu bahwa apa yang terjadi disekitar mereka hanya itu juga yang mereka peroleh tanpa memahami ada apa sebenarnya di Nias Selatan.

Lebih jauh bila dilihat perhelatan ini, pada pelaksanaan pameran, itupun kurang/tidak menghadirkan suasana lokal. Pengetahuan lokal sebagai kearifan lokal tidak terakomodir. Hanya pagelaran budaya dan atraksi yang mampu menunjukkan bahwa dalam masyarakat Nias Selatan memiliki keunikan dan eksotisme yang dapat disuguhkan untuk memukau para pendatang.

Isi dari pameran adalah produk luar yang membuat masyarakat Nias Selatan yang berkunjung mampu melihat dan mungkin menikmatinya, karena baru melihat hal seperti itu. Mendatangkan pameran dari luar untuk disuguhkan kepada masyarakat setempat (walau tujuannya untuk wisata). Merubah wajah Nias Selatan seperti sebuah kota meteropolitan (berkembang maskudnya). Disisi lain, hanya menjadi ajang selfi atau welfi bagi masyarakat setempat untuk mengisi media sosialnya :-) Tantangan dan harapan ini perlu pekerjaan besar bagi para pemimpin, agar mampu membawa perubahan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat.

Selamat datang pak Presiden Republik Indonesia (dengan harapan bapak bisa tiba di Nias Selatan). Selamat datang para tamu yang terhormat yang telah menginjakkan kakinya di bumi pertiwi NKRI wilayah Barat Indonesia. Pulau Nias bukanlah pulau terluar, terpencil apalagi terisolir. Namun, kami berharap menjadi pulau garda depan bangsa, etalase bangsa dan pintu gerbang bangsa disisi Barat Indonesia yang terdiri dari 130 pulau yang mampu mengawal Indonesia di bagian barat. Pulau yang begitu banyak dan masih bebera pulau belum berpenghuni.

Semoga hal ini menjadi perhatian bapak presiden, sekalipun 'mungkin' tidak dapat hadir (informasi yang beredar di masyarakat) karena berbagai tugas dan pekerjaan yang lebih penting yang akan dilakukan oleh bapak di tempat lain. Pulau Nias perlu sentuhan pembangunan dengan kearifan lokal dengan pengetahuan lokal yang tidak hilang apalagi tercabut dari akar budayanya. Semoga!!!

@MSS 12092019

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline