Lihat ke Halaman Asli

"Para Pendosa dalam Pandangan Eden

Diperbarui: 10 Oktober 2015   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[b]Marzani Anwar

[/b]Komunitas eden adalah sebuah kelompok keagamaan yang embriyonya adalah Islam, yaitu sebuah kelompok pengajian bernama salamullah. Dalam rentang waktu sejak lahirnya (tahun 1997an) hingga sekarang, mengalami pekembangan demikian pesat. Perubahan tidak hanya pada nama dan keanggotaan, tetapi terlebih penting adalah pada sistem keyakinannya. Mendeklar penghapusan Islam, bahkan menghapus semua agama, merupakan momentum spektakuler yang beresiko penentangan oleh para penganut semua agama di Indonesia. Namun bagaimanapun ia tidak lebih dari sebuah Sekte, yang mencoba berdiri di luar agama agama. Mereka membangun sistem kepercayaan sendiri, dan keluar dari agama semula. Walau dalam kenyataannya masih menggunakan seabreg ayat-ayat kitab suci untuk pembenaran (justifikasi) atas risalah-risalahnya.Pandangan tentang “dosa” berikut akibat-akiatnya, adalah bagian penting dalam sistem keyakinan yang mereka bangun. Orang yang dianggap “berdosa kepada tuhan” kebanyakan terfokus kepada perbuatan yang menyangkut kepentingan dirinya atau kelompoknya. Misalnya, seseorang yang karena tidak mengikuti majelis sapaan (pengaajian) pada hari tertentu, oleh Lia sang pemimpin Eden, dianggap berdosa kepada tuhan. Kekuasaan tuhan dan kekuasaan Lia, seakan tipis saja bedanya.Lia membebankan kepada orang suatu dosa hanya mendasarkan apa yang dia perbuat untuk eden. Seakan tidak ada kesalehan di luar Eden. Tidak ada kebaikan yang berakibat pahala atas kebaikannya, selagi dia tidak menerima kerasulan Lia.Perbuatan buruk yang dianggap melawan kehendak Tuhan, tidak selalu berdasar ajaran agama dan kitab-kitab suci. Tetapi juga diukur, bagaimana ia dan atau kelompoknya diperlakukan orang lain. Apabila perintah Lia tidak diindahkan, yang bersangkutan dianggap melawan kehendak tuhan, dan kepadanya ia akan memeroleh balasan dari tuhan. Dalam membangun sistem keyakinannya, tuhan selalu memihak dirinya. Kalau ia disakiti orang lain, itu berarti orang tersebut sedang menyakiti tuhan. Kalau orang lain berbaik hati kepada dirinya, berarti orang tersebut berbuat baik kepada tuhan. Efek dari perbuatan “dosa kepada tuhan” adalah berupa hukuman di atas dunia ini.Dalam sistem keyakinan eden, tidak pernah bicara tentang balasan di akherat atas dosa manusia. Demikian juga atas kebaikannya. Dalam keyakinannya, kehidupan setelah mati, adalah apa yang disebut reinkarnasi. Yaitu perjalanan ruh yang akan menyosok pada diri makhluk yang lain, entah manusia, binatang, jin, malaikat, dst. Perwujudan ulang )reinkarnasi) bisa baik bisa buu, trgantung perbuatan sewaktu di dunia ini.Maka balasan atas ”dosanya kepada tuhan” itu, dalam konsep eden, paling banyak adalah membayar denda kepada Eden atau Lia selaku Ruhul Kudus. Pembayaranna pun dilakukan sewaktu di dunia ini. Lia dalam soal balas membalas perbuatan manusia, khusunya para pengikutnya, bertindak atasnama tuhan dalam. Bentuk hukuman atas kesalahan pegikutnya biasanya berupa denda uang. Tidak pernah Lia sang Ruhul Kudus memerintahkan membayar denda dalam bentuk bantuan kepada fakir miskin, misalnya, seperti ajaran zakat atau fidyah seperti dalam agama Islam Tidak juga membayar dalam bentuk amalan sosial lainnya. Tidak juga peduli, apakah yang bersangkutan telah membayarnya dalam bentuk lain dan untuk kepentingan yang lebih maslahat. Kalaupun harus bertobat atas dosanya, pertobatan itu harus dilakukan di hadapan majelis, yang langsung dipimpin Lia sendiri. Namun pertobatan tetap harus diisempurnakan dengan membayar denda.Untuk membebaskan dari dosanya, para pendosa diharuskan membayar yang besarannya ditentukan oleh Lia. Dia mengatasnamakan Tuhan untuk menghukum orang-orang seperti itu, dengan caranya sendiri. Tindakan menghukum dengan denda uang itu sudah sering dilakukan. Satya Nugraha, seorang mantan pengikut Eden, pernah berkomentar, bahwa Bunda Lia itu kerjanya ”jualan tuhan” dan ”jualan malaikat”. Karena banyak sekali kepentingan di dalam organisasi eden ”diselesaikan” melalui denda-denda seperti itu. Dan uang-uang dari denda itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari komunitasnya. Para pengikut yang membayar denda pun mengikhlaskan diri atas pembayarannya itu, dengan dalih “untuk kepentingan tuhan”.Pendedaan atas dosa biasanya bernada mengancam: akan mendapat tulah apabila tidak bersedia membayarnya. Denda-denda yang harus dibayarkan itu, di samping uang, kadang berupa peralatan dapur, perabot rumah tangga, peralatan musik, sound system, binatang piaraan, rumah, dan sebagainya.Maka tidak sedikit para anggotanya yang keluar dari komunitas tersebut, setelah hartanya habis-habisan untuk kepentingan eden. Keluarganya morat-marit gara-gara pendapatannya tidak lagi mencukupi kepentingan keluarganya. Meski diakui, ada saja yang masuk menjadi anggota baru. Prndosa#liaeden #tuhan #pendosa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline