Lihat ke Halaman Asli

Marwan Djalim

Pelajar/Mahasiswa

Fitrah Manusia: Perspektif Murtadha Mutahhari dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam Kontemporer

Diperbarui: 24 Mei 2024   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibuat dengan AI/DALL-E 3

Dalam perenungan yang mendalam tentang esensi manusia, Murtadha Mutahhari menawarkan pandangan yang menggugah tentang fitrah manusia. Fitrah, sebuah konsep yang kaya dan kompleks dalam Islam, merujuk pada kondisi asli dan murni di mana setiap manusia dilahirkan. Mutahhari memahami fitrah sebagai inti dasar manusia yang telah ditakdirkan oleh Sang Pencipta dengan kecenderungan alami untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Fitrah ini bukanlah sekadar insting primitif atau dorongan biologis, melainkan sebuah potensi spiritual dan intelektual yang mendalam. Potensi ini, yang terkandung dalam setiap individu, adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk mencari kebenaran dan kebaikan. Dalam konteks ini, Mutahhari menekankan bahwa fitrah manusia adalah universal dan homogen, artinya setiap manusia, tanpa terkecuali, memiliki fitrah yang sama.

Namun, fitrah ini dapat terhalang oleh pengaruh lingkungan dan pendidikan. Lingkungan sosial dan interaksi manusia dapat menodai kesucian fitrah, namun tidak pernah benar-benar menghapusnya. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran krusial dalam mengembangkan dan memelihara fitrah ini. Pendidikan yang baik dan benar adalah yang mampu menggali dan mengoptimalkan potensi fitrah manusia menuju arah yang positif.

Mutahhari juga berpendapat bahwa fitrah manusia berkaitan erat dengan tanggung jawab moral. Setiap individu bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan fitrahnya. Ini berarti bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi, yang pada akhirnya akan membawa kepada kebahagiaan sejati.

Dalam pandangan filosofis, fitrah manusia dilihat sebagai sumber dari segala kecenderungan baik dan keinginan untuk melakukan yang benar. Ini adalah kecenderungan alami manusia dalam keadaan tanpa faktor penghalang. Dengan demikian, fitrah tidak hanya merupakan kondisi pasif yang menerima tindakan baik dan benar, tetapi juga merupakan kecenderungan aktif dan predisposisi bawaan untuk mengenal Allah, tunduk kepada-Nya, dan melakukan tindakan yang benar.

Kesempurnaan moral dan spiritual dalam Islam, oleh karena itu, dapat dicapai melalui pendidikan dan pengembangan fitrah ini. Pendidikan Islam kontemporer harus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan kurikulum yang dirancang untuk memfasilitasi pertumbuhan spiritual dan moral ini.

Dalam konteks pendidikan, konsep fitrah menuntut pendekatan yang holistik dan integratif. Pendidikan harus melampaui transfer pengetahuan dan fokus pada pembentukan karakter yang merdeka dan berkepribadian, yang mampu mengendalikan diri sendiri dan hidup dalam harmoni dengan fitrahnya.

Akhirnya, pemahaman yang benar tentang fitrah manusia dan penerapannya dalam pendidikan Islam kontemporer akan membawa manusia kepada generasi yang cinta damai, inklusif, dan terus berupaya untuk peningkatan diri yang berkelanjutan. Ini adalah tujuan utama dari pendidikan yang berakar pada fitrah manusia, yang pada gilirannya akan membawa manusia kepada pemenuhan potensi penuh mereka sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline