Karya : Septania Sibil (salah satu siswa SMPN 4 Gerung)
Triing...
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Dari lantai dua bangunan sekolah kulihat teman-teman mulai berlarian meninggalkan lingkungan sekolah.Sambil mendengus, aku pun turut berjalan dengan santai menuruni tangga.
"haruskah terburu-buru seperti itu, toh rumah kalian bahkan tak akan kemana-mana." Batinku.
Namun pemikiran tersebut dengan segera kutepis. "Untuk apa pula aku mengurusi kehidupan orang lain?"
Hari Sabtu, minggu ini agak sedikit berbeda. Sebelum bel berbunyi, Pak Guru Noviar mengumumkan bahwa dua minggu ke depan sekolah akan diliburkan untuk sementara waktu untuk memutus penyebaran virus corona.
Sebelum aku melanjutkan kisahku. Aku ingin menjelaskan secara singkat kondisi awal merebaknya pandemi. Pada bulan Desember 2019 terjadi wabah di negara Cina yang dikenal dengan virus Corona.
Sekarang virus itu sudah memasuki Indonesia dan negara lain di seluruh belahan dunia. Virus ini sangat berbahaya, tak sedikit korban dari keganasan virus ini.
Mirisnya, dari sudut pandangku, banyak orang yang menganggap remeh bencana ini.
Aku ingin berkata "sayangi diri dan keluarga anda dari keganasan virus yang nyata adanya walau dia tak tampak oleh kasat mata." Namun perkataan dari bocah SMP sepertiku pasti hanya akan menjadi angin lalu. Sebuah usaha yang hanya akan berujung sia-sia.
Baiklah, mari kembali ke awal.
Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Kirana Khansa Yuan. Aku biasa dipanggil Kira. Tahun ini usiaku menginjak 15 tahun. Penampilanku biasa saja, tak ada yang menarik. Bahkan untuk anak seumuranku, aku tergolong tidak tinggi. Pemilihan kata yang buruk, eh?
Hobiku belakangan ini mendengar musik dan menggambar. Kurasa mata pelajaran favoritku Matematika dan Bahasa Inggris. Lebih lanjut silahkan baca saja kisahku.
Jujur saja, bohong kalau aku mengatakan aku tak senang dengan pengumuman libur ini. Namun aku juga tak merasa begitu antusias. Tak seperti murid lain, aku hanya menanggapi biasa libur ini. Ini bukanlah libur dimana kita bisa bersantai. Namun belajar dan mengerjakan tugas dari rumah layaknya homeschooling.
Dua minggu berlalu. Keadaan tak membaik, justru semakin banyak korban berjatuhan. Karenanya, kegiatan belajar dari rumah kembali diperpanjang.