Lihat ke Halaman Asli

Hampa

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terjaga dimalam panjang hampa.Selaksa tanya menerawang di awang awang atas pancaran sukma yang mengambang ditengah lelautan langit jingga,Haruskah kusudahi petualangan petualangan ditengah kemelut kemarau jiwa yang tak kunjung reda dan tak tau arah.Upaya demi Upaya kurangkai tertatih direrumputan kemelut kelana,betapa gersang kurasa.Tidak ada hawa yang mendekap buatku hangat ditengah malam malam sejuta tanya mengapa.Yang kurasa menepi hampa hinga sudah mati rasa,dan tak dapat kuraba mana lagi yang terasa dan kupercaya.Semua sama hanya menawarkan kesemuan belaka sampai aku muak pada cerita cerita bijak yang mengiringku ke nirwana padahal semuanya sama yaitu hampa.
Aku tidak peka,kata mereka.Aku tidak lagi peduli berapa buliran buih buih busa cadas dari mulut mereka yang buas menikam nyata,yang aku peduli hanyalah pada nanar mata mata mereka yang hampa,Seakan akan mata mereka dipenuhi kobaran api neraka yang tak kunjung padam seolah olah mereka terjebak pada pusaran api neraka ,Kasian mereka.
Aku lama tersesat pada petuah petuah tak berguna,hingga kusadari pencarian demi pencarian semakin menyadarkan aku bahwa yang kucari tidaklah pernah ada.
Hampa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline