Lihat ke Halaman Asli

Marvel yb

Mahasiswa

Krisis Abad Ke-3 dan Pahlawan yang Menyelamatkan Roma

Diperbarui: 16 Juni 2022   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kaisar Aurelian

RESTITUTOR ORBIS, julukan yang hanya dimilki satu orang, yaitu Lucius Domitianus Aurelianus. Restitutor Orbis adalah bahasa latin kuno yang apabila ditranslasikan ke bahasa Indonesia berarti pemulih dunia atau penyelamat dunia. Julukan yang diberikan oleh senat kepada Aurelian ini menjadi bukti kecakapannya selama 5 tahun ia memimpin kekaisaran Roma untuk bangkit dari keterpurukan dan krisis di abad ke -3. Berkat upayanya, kehancuran Roma berhasil ditunda selama ratusan tahun ke depan. Di tulisan kali ini, kita akan mengulik lebih dalam sembari berangan - angan tentang satu -satunya sosok kaisar Roma yang lebih beruntung dibanding Augustus dan lebih hebat dibanding Trajan.

Abad ke - 3 masehi, 100 tahun yang diwabahi dengan berbagai macam komplikasi bagi kekaisaran Roma. Masalah datang dalam beragam wujud, baik itu masalah internal ataupun eksternal, masalah ekonomi maupun politik, dan ancaman invasi yang datang dari keempat arah mata angin. Instabilitas menjadi masalah utama yang disandang oleh Roma. Kaisar datang dan pergi layaknya musim, bahkan di dalam satu tahun terdapat 6 kaisar yang bergantian menduduki tahta Imperium Roma. Instabilitas yang terjadi di sentral kekuasaan Roma lalu mewabah ke provinsi - provinsinya. Postumus, gubernur ternama provinsi Gaul (Prancis) melepaskan diri dari kekaisaran Roma pada tahun 260 dan mendirikan kekaisaran Roma Gallia dengan wilayah Gaul dan Germania (Prancis dan Jerman). Sedangkan di timur, provinsi Palmyra yang merupakan garda terdepan pertahanan Roma melawan kekaisaran Persia, berdiri otonom dan di tahun 271 Ratu Zenobia mendeklarasikan anaknya, Vaballathus sebagai augustus. Roma kini hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu dan tak lama lagi akan menghadapi takdir yang dialami puluhan kekaisaran sebelumnya, yakni kehancuran. Setidaknya, itu yang semua orang kira akan terjadi.

Peta Kekaisaran Roma abad ke — 3 masehi

Aurelian yang bernama panjang Lucius Domitianus Aurelianus lahir di wilayah Sirmium pada tahun 215. Keterampilan militernya terlihat ketika ia mengabdi di bawah pasukan kaisar roma pada masa itu, yakni Gallienus. Seiring kematian Gallienus dan pengangkatan Claudius II sebagai kaisar selanjutnya, Aurelian dipromosikan menjadi komandan kavaleri. Meskipun dihadapkan dengan kesuksesan dalam memukul mundur invasi bangsa Goth, Vandals, dan Juthungi, masa pemerintahan Claudius dipercepat dengan kematiannya di tahun 270 sebagai dampak dari wabah yang menyerang Imperium Roma. Kematian Claudius II memantik legiun yang dipimpin Aurelian untuk mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar yang baru. Fenomena ini sering terjadi sepanjang sejarah panjang Roma, dimana seorang kaisar diangkat karena dukungan dari pasukannya. Kaisar yang merebut kekuasaan melalui metode ini dinamakan kaisar barak atau barrack emperors, Aurelian merupakan salah satu contoh terhebat dari kaisar barak.

Pendeklarasian Aurelian sebagai augustus selanjutnya bukan tanpa perlawanan. Quintillus, dengan dukungan senat, mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar untuk menggantikan kakaknya, Claudius II. Rivalitas antar Aurelian dan Quintillus tidak berlangsung lama, sebab Aurelian memiliki dukungan dari legiun - legiun Roma, bahkan legiun dari Quintillus sendiri memberikan legitimasi kepada Aurelian. Selang waktu 3 bulan, Quintillus ditemukan tewas. Alasan atas kematiannya masih simpang siur. Disebutkan dalam satu sumber bahwa ia tewas dalam pertempuran melawan Aurelian sedangkan di sumber lainnya dikatakan bahwa ia tewas mengambil nyawanya sendiri. Apapun itu, satu hal yang sudah pasti, kekuasaan Aurelian atas Roma berdiri teguh tanpa adanya perlawanan. Langkah pertama untuk menyelamatkan Roma telah selesai dilakukan Aurelian, untuk sekarang Roma telah menemukan stabilitas internalnya. Kini pandangan Aurelian tertuju kepada masalah berikutnya, ancaman dari utara.

Sejak awal ekspansi Roma di zaman republik, ancaman dari suku - suku Jermanik kian menjadi momok yang mengancam stabilitas Roma, terlebih kota - kota di perbatasan. Keterampilan dan kegigihan bangsa Jermanik dalam berperang diperlihatkan dalam salah satu kekalahan terbesar Roma, yakni pertempuran hutan Teutoborg. Kekalahan ini sering dikaitkan dengan alasan mengapa Roma dalam sejarahnya yang panjang, tidak pernah bisa menaklukan Jerman secara menyeluruh. Tak jarang juga suku -suku yang mendiami Jerman kala itu bergerak menyerang Roma. Invasi yang rutin dari suku - suku Jermanik ini menjadi salah satu ujian yang menanti setiap orang yang menyandang gelar augustus, tak terkecuali Aurelian.

Ilustrasi Suku Vandal

Tantangan pertama Aurelian datang tak lama setelah kenaikannya ke tahta Roma. Invasi dari suku Juthungi berhasil menembus garis pertahanan Roma sepanjang sungai Danube dan bahkan mengancam kota - kota di Itali Utara. Pasukan Juthungi yang telah matang dengan pengalaman dan kegigihan, sempat mengagetkan Aurelian dengan mengalahkan legiun imperial yang dipimpinnya. Kekalahan ini menimbulkan kepanikan akan terjadinya penjarahan besar - besaran layaknya di era perang punik. Kaisar rendahan lainnya mungkin akan menyerah melihat ancaman besar yang menanti di depan pintu gerbang Roma, namun Aurelian bukanlah kaisar rendahan. Dengan pengalamannya yang ditempa setelah bertahun - tahun melawan suku Jermanik, Aurelian dengan cepat mengumpulkan kembali sisa pasukannya dan mengalahkan invasi suku Juthungi dalam pertempuran Fano serta Pavia. Kekalahan telak ini menjadi momok menakutkan bagi suku - suku Jermanik yang mengurungkan niatnya untuk menginvasi peninsula Itali selama satu abad ke depan. Sebagai tindakan preventif akan potensi terancamnya kota abadi Roma oleh serbuan musuh, Aurelian membangun rentetan tembok besar sepanjang 19 kilometer yang melindungi setiap sudut kota Roma. Tembok ini masih berdiri gagah hingga hari ini, dan dikenal sebagai tembok Aurelian. Langkah 1 dan 2 dari proses restorasi kejayaan Roma telah berhasil dilaksanakan. Kini tersisa langkah terakhir menuju tujuan mulia pemulihan kejayaan kekaisaran, yaitu pengintegrasian kembali Roma Gallia dan Palmyra ke dalam yuridiksi Roma.

Tembok Aurelian yang masih berdiri kokoh di Roma, Itali

Zenobia dengan mahkota pasirnya menjadi sasaran pertama Aurelian. Palmyra adalah salah satu wilayah terkaya di kekaisaran Roma sebagai akibat dari jalur perdagangan yang menghubungkan kekaisaran Persia dengan laut mediterania. Hal tersebut ditambah dengan pasukan profesional yang terdiri dari veteran - veteran legiun Syria dan Mesir yang sudah diuji melalui puluhan bahkan ratusan pertempuran dengan Persia, berpotensi menjadikan Palmyra kekaisaran yang kuat. Aurelian bertekad untuk memberikan harapan palsu kepada Zenobia dengan mengalahkannya sebelum Palmyra menjadi rival kuat Roma.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline