Lihat ke Halaman Asli

Matthew Marvel Pradipta

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Resensi Film Operation Varsity Blues: The College Admission Scandal

Diperbarui: 14 Juni 2023   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Wikipedia

  • Data Film

Judul Film         : Operation Varsity Blues: The College Admission Scandal

Sutradara          : Chris Smith

Penulis Naskah : Jon Karmen

Genre                : Dokumenter

Rating               : R (13+)

  • Sinopsis dan Ulasan

Film Operation Varsity Blues: The College Admission Scandal mengangkat skandal penerimaan mahasiswa baru terbesar di Amerika Serikat, yang dalam perkembangannya melibatkan lebih dari 30 selebriti, public figure, dan pengusaha ternama di Amerika.

Kasus ini berpusat pada satu orang yang menjadi mastermind di balik skandal ini: William "Rick" Singer. Rick Singer merupakan seseorang yang dikenal sebagai college counselor, suatu profesi yang populer di Amerika. 

Rick Singer digambarkan sebagai orang yang tidak terlalu hangat, cukup serius, dan goal-oriented, namun Rick merupakan orang yang dituju dalam mempersiapkan proses admisi universitas, mengingat lengkapnya informasi yang Rick miliki dan berikan. 

Dalam ia menjalankan karirnya pun, Rick dikenal sebagai college counselor yang sedikit melebih-lebihkan dan memoles berkas aplikasi yang diserahkan oleh klien-kliennya. Namun, aksinya tidak berhenti sampai di situ.

Terdapat alasan mengapa bisnis seperti college counselor dan cara-cara kotor seperti ini marak terjadi di Amerika, yakni bahwa pendidikan tinggi bukan hanya sekadar kewajiban belaka. Pendidikan tinggi dianggap sebagai status dan komoditas sosial. 

Kenyataan ini juga "diperparah" dengan ekspektasi orang tua terhadap anak akan suatu lembaga universitas tertentu, yang didapat melalui ranking universitas di Amerika. 

Padahal, peringkat yang dipublikasikan merupakan sesuatu yang bersifat palsu: lembaga universitas terus menciptakan citra eksklusif, yang berdampak pada peningkatan peringkat universitas.

Selektivitas juga menjadi salah satu hal yang melandasi skandal ini. Adanya insentif untuk mempertahankan peringkat membuat universitas di Amerika terus menaikkan tingkat selektivitasnya. 

Baik itu apabila kita mendaftar layaknya calon mahasiswa pada umumnya---yang dikenal sebagai front door---maupun dengan memberikan sumbangan kepada universitas---yang dikenal sebagai back door, di mana kedua jalur ini tidak memiliki jaminan bahwa pendaftar akan langsung diterima pada universitas yang dituju.

Oleh karenanya, Rick Singer mengembangkan side door, yang menggabungkan the best of both worlds: terdapat jaminan bahwa calon mahasiswa pasti akan diterima, namun dengan biaya yang tidak sebesar back door.

Salah satu side door yang digunakan Rick adalah dengan merekayasa calon pendaftar sehingga seolah-olah mereka adalah atlet olahraga tertentu. Ini ditempuh mengingat latar belakang Rick yang sangat berkaitan dengan keolahragaan, dan ketertarikan universitas terhadap atlet yang umumnya lebih tinggi. 

Olahraga yang dipilih pun merupakan cabang yang tidak banyak dilakukan, seperti mendayung, berlayar, dan berkuda. Agar semakin meyakinkan, Rick juga menyertakan foto pendamping sebagai bukti keikutsertaan pendaftar terhadap cabang olahraga terkait, sekalipun foto tersebut merupakan hasil Photoshop. Berkas ini kemudian diserahkan kepada pelatih atlet dalam universitas, seperti John Vandemoer (pelatih cabang olahraga berlayar di Stanford).

Selain melalui jalur penerimaan atlet, Rick Singer juga membantu calon mahasiswa melalui jalur tes SAT dan ACT, yang disertakan sebagai syarat pendaftaran di berbagai universitas di Amerika. 

Cara yang dilakukan Rick cukup mudah, yakni dengan membuat seolah-olah calon mahasiswa yang menjadi klien Rick merupakan peserta tes dengan kebutuhan khusus. 

Dengan demikian, peserta tes yang bersangkutan akan mendapat keringanan dan waktu tambahan dalam mengerjakan ujian. Setelah tes dikerjakan oleh peserta pada lembaran terpisah, proktor ujian akan mengoreksi jawaban dari sang peserta untuk mendapat hasil yang diinginkan.

Tentunya, menempuh hal-hal seperti ini bukanlah hal yang murah. Klien-klien Rick Singer umumnya merupakan selebriti dan eksekutif papan atas yang membutuhkan jaminan atas proses admisi anak-anaknya menuju ke universitas. 

Tercatat tidak kurang dari 30 selebriti dan eksekutif kaya di Amerika menggunakan jasa Rick Singer. Salah satu yang paling terkenal adalah Olivia Jade, yang merupakan selebritas terkenal di Amerika dan merupakan anak dari Lori Loughlin, seorang aktris, dan Mossimo Giannulli, seorang desainer pakaian.

Pada akhirnya, skema yang dilakukan oleh Rick Singer pun terbongkar. Uniknya, tidak seperti kasus kejahatan lainnya, Rick-lah yang tertangkap dahulu oleh FBI sebagai "bandar", barulah FBI mengusut para pelanggannya. 

Dari hasil pengusutan tersebut, setidaknya 50 orang terbukti bersalah dan tergabung dalam skema Rick. Para pelanggannya dijatuhi hukuman beragam, mulai dari beberapa hari hingga 6 bulan penjara.

Satu hal yang membuat film Operation Varsity Blues: The College Admission Scandal menarik adalah cara penyajiannya yang unik dan berbeda dari film dokumenter lain. 

Umumnya, film dokumenter disajikan dengan berfokus pada kesaksian dari orang-orang yang terlibat secara langsung dalam peristiwa yang diangkat. Namun, di samping itu, film ini juga menyajikan unsur drama yang biasa hadir dalam film-film pada umumnya, yang diangkat dari rekaman sadapan telepon yang dipublikasikan oleh FBI. 

Adanya unsur drama dalam film ini membantu kita untuk memahami alur pelaksanaan sistem yang telah dirancang. Tentunya, hal ini sangat penting, apalagi mengingat bahwa film ini dipublikasikan secara global, di mana tidak semua penonton memiliki pemahaman terhadap proses admisi di Amerika Serikat.

Cerita yang dikemas dalam film ini juga cukup baik dan menyeluruh. Mengingat film ini merupakan buah karya Chris Smith, yang sangat familier dalam dunia film dokumenter, maka tak heran jika pengembangan ceritanya dirasa cukup baik. 

Chris Smith berhasil membagi fokus cerita secara imbang kepada dua hal: pelaksanaan skema skandal dan kepribadian Rick Singer itu sendiri, yang secara tidak langsung memberi dampak pada bagaimana kasus itu berkembang. 

Selain itu, film ini juga menggarisbawahi secara jelas aspek-aspek yang melandasi berkembangnya skema Rick Singer, mengingat hal tersebut sangat penting terutama bagi penonton di luar Amerika.

Satu hal yang agak mengganjal adalah tempo perpindahan antara satu topik dan topik lain yang dirasa terlalu mendadak. Seperti yang telah penulis uraikan, film ini membagi topik di antara dua bahasan. Namun, kadangkala kedua topik ini tidak memiliki korelasi yang nampak jelas di mata penonton, sehingga diperlukan proses berpikir yang cukup panjang di antara kedua topik.

Sekalipun terdapat beberapa kekurangan, film ini tetap layak menjadi tontonan serius untuk mengisi waktu luang. Pembawaannya yang berisi dan menyeluruh dapat menghadirkan pandangan baru terkait dengan bagaimana penerimaan mahasiswa baru berjalan, dan buah-buah penting yang dapat dipetik dari kasus tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline