Lihat ke Halaman Asli

Transformasi Ideologi, Masihkah Relevan?

Diperbarui: 15 November 2017   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak era reformasi tahun 1998, masyarakat Indonesia telah membuka diri untuk berani bersuara setelah secara tidak langsung 'dibungkam' oleh rezim sebelumnya. Rakyat bersuara, memberikan opini atas roda pemerintahan yang berjalan. Setiap keputusan memiliki konsekuensi. Konsekuensi pemerintah membuka keran demokrasi pada masa itu adalah rakyat menjadi jauh lebih kritis, dan kehidupan bernegara otomatis menjadi lebih dinamis.

Sebagai bangsa yang bersinergi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, tidak menutup kemungkinan akan adanya pengaruh dari bangsa luar. Pengaruh itu akan berdampak pada pola pikir dari seseorang. Seseorang yang mengalami demikian pada umumnya menjadi orang yang idealis, sedikit berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Idealisme orang tersebut akan menjadi cikal bakal terbentuknya kelompok idealis dengan pikiran yang sama, dan perlahan-lahan dapt membuat diri mereka memiliki idelogi baru dalam suatu negara.

Lambat laun, negara akan mengikuti arus dunia yang semakin berkembang dalam berbagai sector. Kaum idealis sangat mungkin mengungkapkan idealismeya dalam kondisi ini. Telah terjadi di Indonesia dalam beberapa kasus, seperti tumbuhnya HTI yang mengembangkan ideologi khilafah/negara Islam. Motif yang mereka kemukakan palingg sering adalah ideologi yang saat ini sudah tidak lagi relevan. Hal ini dapat menumbuhkan satu lagi perdebatan, yaitu, apakah efektif? Apakah benar-benar penting? Dan apakah bisa?

Ideologi suatu negara yang dibelokkan perlahan-lahan untuk diubah sebenarnya bisa saja dilakukan. Namun demikian, apakah relevan pula mengganti ideologi yang telah mengakar dalam budaya rakyatnya?  Setidaknya ada 3 hingga 4 generasi yang masih mengalami ideologi sebelum diubah ini. Dampak dalam sector lain mungkin memang berpengaruh baik, namun apabila dibandingkan dengan konsekuensi kultural yang telah diturunkan lintas generasi, saya rasa tidak akan berguna dan percuma saja mengganti ideologi. 

Kondisi ekonomi bisa meningkat, namun dampak negative yang sangat besar cukup menghantui negara  menuju kehancuran akibat ketidaksesuaian dengan budaya rakyat. Tidak apa-apa berpikir yang terbaik untuk negeri, namun jangan sampai gegabah menentukan nasib negeri sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline