Saya merenung dan menyerap tulisan dan berita terkait dengan pilpres 2014 dari beberapa media. Semakin saya renungkan, semakin pusing saya, karena ada yang tidak benar dengan semua itu. Setelah agak lama, saya tersentak dan tersadar, ini dia jawaban dari semua manuver POLI TIKUS (baca: politikus) itu.
Koalisi parpol hanya berhak secara administrasi mencalonkan pasangan capres, tetapi pilihan rakyat yang menentukan hasilnya. Kalau begitu, kenapa kita sebagai rakyat hanya pasif dan diam saja, sementara yang punya hak suara adalah kita???
Lalu bagaimana kita mengarahkan hak suara kita, agar pemimpin kita yang akan datang adalah pemimpin yang benar benar memikirkan kepentingan rakyat? Pemimpin yang tidak membiarkan rakyatnya mati kelaparan dan menutup mata terhadap rakyatnya yang berjuang mempertahankan keadilan. Pemimpin yang tangguh dan berkomitmen kepada kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang tidak menilai kemiskinan berdasarkan statistik dan angka belaka?
"Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani." (artinya: di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan). Pemimpin yang berkomitmen seperti kutipan di atas yang LAYAK kita pilih menjadi pemimpin kita. Lalu selanjutnya bagaimana?
Kalau parpol bisa berkoalisi dan bermanuver, mari kita berkoalisi dalam bentuk RAKYAT BERSATU. Siapapun yang dimajukan koalisi parpol, kalau tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan Koalisi RAKYAT BERSATU, mari kita tolak, karena kita punya hak untuk itu. Saatnya kita bicara, menilai calon pemimpin yang diajukan parpol dengan memberi tanggapan yang obyektif terhadap calon yang dimunculkan.
Dari sederetan nama yang muncul bisa kita mulai dari sekarang untuk menilainya. Nilai secara obyektif, berdasarkan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Sudut pandang yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda dalam penilaian, tetapi karakter seorang pemimpin akan tetap tergambar dari tindakan yang pernah diambil sebelumnya.
Mari kawan-kawan, kita galang Koalisi RAKYAT BERSATU untuk menentukan pemimpin kita.
Mudah-mudahan perenungan saya ini memberikan inspirasi bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H