Lihat ke Halaman Asli

PEMUDA DAN JEJAKNYA YANG HILANG

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hak pemuda memberikan pandangan dalam pembangunan nasional masih menjadi salah satu keunggulan Indonesia di mata dunia. Dilatarbelakangi bahwasanya pemuda merupakan tiang patok pergerakan dalam kemerdekaan Indonesia, tentunya mereka menjadi salah satu unsur penting bangsa ini. Ikrar 28 Oktober 1928 masih melekat di ingatan kita betapa pentingnya sebuah persatuan pemuda untuk menjadi sebuah bangsa yang besar. Tak hanya itu, semangat pemuda mendesak para senior untuk segera memproklamasikan kemerdekaan adalah apresiasi yang besar dalam sejarah berdirinya negara yang kita banggakan ini.

Sayangnya, pencitraan pemuda di pemerintahan sekarang tak sehebat masa lalu. Dari berbagai prespektif, keaktifan pemuda dalam dinamika pembangunan merosot tajam. Apa yang disebut persatuan, kini berubah menjadi perpecahan. Fakta yang beredar akhir – akhir ini adalah banyaknya tindakan kekerasan/tawuran yang terjadi antar pemuda yang menyebabkan korban luka sampai meregang nyawa, masih tingginya angka pecandu narkoba dan tindak kriminalitas, begitu juga dengan menurunnya prestasi di bidang olahraga dan pendidikan menjadi rapor merah pemerintahan saat ini.

Situasi semakin parah mengingat banyanya program yang direncanakan oleh pemerintah tak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Langkah pasti dalam menemukan kembali jejak pemuda belum dapat dilaksanakan. Di satu sisi, banyak yang menyalahkan pendidikan akibat gagal dalam mengembangkan karakter dan pemikiran pemuda masa kini. Di sisi lain menjadi kelemahan masyarakat dalam pembinaan mental melalui keluarga ataupun sosial masyarakat.

Hal ini tentunya akan berdampak buruk pada situasi negara kita yang sedang menghadapi proses globalisasi. Persaingan mutu akan menyebabkan pemuda kita tersingkirkan dari berbagai bidang. Sementara hal ini akan berbanding lurus dengan angka pengangguran yang tinggi dan tentunya kriminalitas. Jika hal ini dibiarkan, maka akan terjadi sebuah fluktuasi yang terjadi dalam unsur pembangunan negara. Artinya, rendahnya kualitas pemuda yang unggul dan berkompeten merupakan kerugian besar bagi Indonesia. Pemerintah dan stakeholders lainnya harus lebih cepat menyadari bahwa pemuda kita sedang terlelap karena dininabobokan oleh perkembangan modernisasi.

Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi semakin memanjakan kita untuk tidak berusaha dalam mewujudkan pemikiran yang kreatif dan tindakan yang nyata. Hal ini juga yang membuat keaktifan pemuda dalam berkarya membangun bangsa semakin menciut. Perhatian pemerintah dalam peningkatan kualitas pemuda juga masih menjadi sesuatu yang perlu ditindaki secara serius. Sebab, pemuda kita sedang dalam keadaan stadium akhir.

Upaya pemulihan kondisi ini sudah seharusnya dilakukan secara dini. Peranan pemerintah dan masyarakat harus saling timbal balik. Artinya, masing – masing punya beban tugas yang harus dijalankan bersama. Masyarakat mulai menanamkan kepribadian sosial yang baik bagi para pemuda. Sebaliknya pemerintah memfasilitasi pemuda dengan bekal pendidikan yang bisa dirasakan oleh semua kalangan, mendukung setiap kreatifitas dan kemampuan yang dimiliki melalui pelatihan kewirausahaan dan olahraga.

Sulitnya mengecap pendidikan dan pekerjaan yang baik menjadi faktor menurunnya semangat pemuda dalam berkarya. Di sinilah peran pemerintah dalam mengupayakan layanan pendidikan yang sebaik – baiknya tanpa memandang kondisi perekonomian setiap masyarakat. Adanya fasilitas bagi pemuda yang ingin mendirikan usaha kecil atau menengah akan membangkitkan gairah mereka untuk aktif berperan untuk membangun negara ini. Mendengarkan pendapat adalah langkah yang tepat untuk menghindari kontroversi yang berujung pada anarkisme yang sering terjadi pada saat pemuda menyuarakan keadilan bagi rakyat. Jika pemerintah mau mendengar dan memperhatikan, itu artinya pemerintah menghargai perjuangan pemuda dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Peran masyarakat menjadi unsur penting dalam keadaan ini. Karena pemuda lahir dari masyarakat, tentunya kita mengetahui seluk beluk kejiwaan pemuda saat ini. Untuk itu, perlu pendekatan psikologis melalui keluarga, agama, dan kemasyarakatan. Dengan demikian pemuda yang kita harapkan akan menemukan kembali jati dirinya untuk kembali ke jalan yang sesuai dengan azas pancasila. Sehingga sumpah pemuda tidak hanya sebagai momentum nasional, melainkan sumber itikad pemuda dalam menyatukan negara serta menegakkan keadilan dalam pemerintahan dan masyarakat.

Maruli Tua Sihombing,

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline