Lihat ke Halaman Asli

Puasaku...

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya pernah merenungkan apakah arti puasa yang kulakukan.Ya,saya pernah juga melakukan doa dan puasa tetapi bukan suatu keteraturan,sehingga saya merenung dan bertanya apakah puasa itu suatu kewajiban atau kesadaran.Saya pernah juga melihat orang lain berpuasa tetapi ada banyak pertanyaan dan kesan yang saya dapatkan(mohon maaf!) sepertinya kurang pas seperti dari kasus kasus yg saya perhatikan,yaitu:ada yang memaksa rumah makan harus tutup dengan alasan untuk menghormati orang yang berpuasa(bukankah orang yang berpuasa juga harus menghormati orang yang tidak berpuasa?artinya harus saling hormat menghormati yang berasal dari dua belah pihak?),ada juga penutupan paksa tempat hiburan malam dan cafe(apakah bulan yang lain boleh membuka tempat hiburan/maksiat dan bulan tertentu harus ditutup?lalu dibuka kembali?,dan seterusnya...),ada juga yang bulan yang lain berbeda model pakaiannya(lebih terbuka) dan pada bulan tertentu model pakaiannya serba tertutup,lalu bulan berikutnya model terbuka lagi,dan seterusnya...).Artinya kesan yang timbul pada saya,puasa yang dilakukan itu serba lahiriah dan legalistik.Saya pernah bertanya kepada teman bagaimana pengeluarannya saat berpuasa dan jawaban yang saya dapatkan bahwa ketika menjalankannya pengeluarannya bertambah banyak,karena biaya makan siang dialihkan ke biaya saat berbuka puasa dan biayanya bertambah besar...Sehingga kesan yang saya dapatkan sepertinya puasa itu hanyalah sebatas berpindahnya"carry over" jam makan dengan catatan biaya yang lebih besar.

Bagaimana jika saya berpendapat puasa itu adalah suatu kesadaran dari dalam diri bukan kewajiban...atau...bahkan puasa itu adalah suatu perkabungan!...dan sebaiknya orang lain tidak perlu tahu bahwa saya sedang berpuasa(artinya wajah saya tetap sama baik saat berpuasa atau tidak berpuasa)...dan rumah makan biarlah tetap buka(karena itulah godaan dan tantangannya...melihat orang lain makan tetapi saya bertahan berpuasa tidak makan),jadi menahan godaan dan tantangan bukan menghilangkan godaan dan tantangan itu!

Saya pernah juga berpuasa(atau lebih tepatnya Doa dan Puasa) pada saat momen momen tertentu(bukan hari hari atau bulan tertentu), yaitu saat saya berkabung dan menyesal dan berperang atas kejahatan yang saya lakukan,ataupun sedang melakukan pertarungan dengan kuasa kejahatan yang gelap..artinya sedang bertarung dengan si iblis/setan.Doa dan Puasa juga saya lakukan ketika ingin turut merasakan penderitaan orang lain!pada saat berpuasa itulah saya mencari pimpinan TUHAN secara lebih dalam untuk suatu masalah yang saya hadapi atau menyampaikan permohonan saya untuk orang lain yang mengalami penderitaan.Artinya motivasi saya untuk berpuasa itu ada dua yaitu agar hidup saya lebih suci dan kudus dan juga agar dapat sungguh merasakan orang lain yang menderita.Artinya puasa bagi saya bukanlah suatu kewajiban tetapi datang dari suatu kesadaran yang sangat dalam dan khusus atas suatu persoalan yang juga khusus...suatu pertarungan satu lawan satu dengan si iblis/setan dengan kuasa gelapnya.

Semuanya yang saya tuliskan diatas saya temukan di Alkitab yaitu:

Matius 4:1-11

4:1

Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.

4:2

Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

4:3

Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya:"Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline