Lihat ke Halaman Asli

pengatur

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jika anda sering mendengar radio ss di surabaya.. tentu setiap hari selalu mendengar berita: jalan x macet, belum ada petugas yang mengatur..

sebenarnya tidak ada yang salah dengan berita itu, baik dari penyiar maupun dari pendengar yang menelpon untuk memberikan informasi. namun, ketika hampir setiap saat saya mendengarkan berita seperti itu, jadi tergelitik juga pikiran ini melayang.. ga jauh-jauh amat sih.. tapi ya tetep saja mencoba menerka-nerka kalimat-kalimat itu...

tidak ada yang salah, bener.. tapi koq selalu keluhannya sama "tidak ada petugas yang MENGATUR"... koq tidak mengeluh "tidak ada ATURAN".. so.. yang dibutuhkan adalah PENGATUR.. bukan ATURAN... dan ternyata, kerangka seperti inilah yang menjadi jalur pengambilan keputusan sebagian besar pengemudi.. mungkin termasuk saya.. bahwa cara berlalulintas kita adalah berdasarkan pengatur, bukan berdasarkan aturan

dari kita semua pengemudi ini, kira-kira berapa persen ya yang tau, jika ada perempatan tanpa lampu lalu lintas.. dari arah mana yang harus didahulukan.. jika ada bunderan, dari arah mana yang harus didahulukan, jika ada pertigaan, dari arah mana yang harus didahulukan, dan lain-lain ATURAN berlalulintas..

atau kalau boleh diajukan pertanyaan lain, aturan tentang perempatan, bunderan, pertigaan, mendahului, dll.. aturan tersebut ada dimana ya?.. adakah uu nya, pp nya, kepmennya, pergub, perbupati.. atau jg2 cuma perdir: peraturan diri sendiri...

jangan kaget kalau kita sama sekali tidak menemukan aturan-aturan itu.. sehingga kita semua tukang kemudi ini berlalulintas berdasarkan asumsi masing-masing.. sehingga seringkali terjadi benturan kepentingan berlalulintas.. sebenarnya saat ini sedang banyak kampanye tentang mengemudi yang aman dan sopan oleh bapak ibu polisi.. terutama di jawa timur.. namun, tetap muncul juga rasa sedih dan khawatir.. sedih karena kampanye itu ternyata lebih banyak berupa ceramah dan kegiatan-kegiatan.. bukan berupa perbaikan system.. sehingga khawatir setelah pulang dari ceramah dan kegiatan itu.. balik lagi kengawuran di jalan raya.. baik polisi maupun pengemudi lainnya..

sedati

jika di mobil ada anak kecilnya.. bisa ga ya nyetirnya lebih sopan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline