Lihat ke Halaman Asli

Marudut Parsaoran Anakampun

Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Terperangkap dalam Putaran Politik

Diperbarui: 29 Agustus 2020   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

willyaditya.com

Baru-baru ini saya membaca ulasan komentar, posting di laman media sosial, yang isinya terkait percaturan dan pagelaran politik. Khususnya pagelaran politik pemilihan kepala daerah. Ulasan isu-isu yang diangkat untuk menjatuhkan salah satu figur, kelompok, bahkan individu.

Ada banyak cerita yang tidak lazim terjadi. Bagaimana sikap dan arogansi manusia itu sendiri menyikapi percaturan politik yang ada. 

Pada umumnya masyarakat akan terbagi menjadi kelompok dan susunan kubu. Ada kelompok tertentu akan membentuk team yang solid. Wajar dalam pertarungan politik membentuk barisan. Sebagai wahana dalam memenangkan pertandingan catur politik.

Lazim terjadi suasana keruh disaat Pilkada berlangsung. Tatanan hidup normal berbudaya bisa dengan sekejap berubah menjadi budaya kebencian.

Akan kita temui persinggungan antara kelompok yang satu dengan yang lain, bahkan bisa saja mencederai tatanan norma budaya yang ada.

"Politik sebagai instrumen yang mampu dianggap sebagai lahirnya pemimpin baru". Armada yang pada umumnya digunakan oleh para pelaku politik dalam merebut kekuasaan pemerintah, meskipun tak jarang para pelaku politik menggunakan jalur independen yang tidak mengfungsikan mekanisme Partai. Untuk memperebutkan dibutuhkan biaya modal yang cukup tinggi.

Hal ini yang menjadi alasan mengapa biaya politik itu mahal, ongkos politik dianggap sebagi indikator pemicu lahirnya benih pertikaian. 

Ambisi dan hasrat kemenangan itu terus terpicu pada setiap calon, ditambah dengan pengaruh, bisikan dan godaan-godaan dari pendukung masing-masing calon. Mengakibatkan kenekatan, keberanian setiap calon. 

Tidak dipungkiri lagi, ada banyak calon pemimpin menggadaikan harta kekayaan, uang dan bahkan lebih sadis lagi "jabatan yang sudah di duduki direlakan untuk ditinggalkan".

Resiko politik akan berujung pada pertaruhan identitas dan kekayaan, ujung-ujungnya akan menjadi Nikmat diakhiri cerita jika keberpihakan kemenangan di depan mata atau malah menjadi cibiran di muka umum. 

Biaya akomodasi dan logistik, biaya partai, biaya teknis lainnya sesuai kebutuhan lapangan. Modal yang cukup besar telah dipertaruhkan. Hampir mirip dengan pertarungan Judi atau Gambling "bisa menang dan tentu saja bisa membuahkan kekalahan".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline