Lihat ke Halaman Asli

Marudut Parsaoran Anakampun

Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Menanti Pemimpin Nomor "Uno" di Pakpak Bharat

Diperbarui: 21 November 2019   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih kurang delapan bulan kedepan Kabupaten Pakpak Bharat akan melaksanakan pesta rakyat, pemilihan Pemimpin nomor satu di daerah itu.  Pemilihan dalam rangka memperebutkan kursi pucuk pimpinan di kabupaten Pakpak Bharat. 

Perebutan kursi kepemimpinan kelihatan agak tidak sesemarak seperti pemilihan kepala daerah terdahulu, ada rasa keengganan atau rasa traumatik mungkin, pasca Penangkapan Bupati kala itu, atau barangkali ada rencana strategi politik yang sedang dikembangkan. 

Tidak seperti pertarungan politik masa lampau, dimana masyarakat dari segala penjuru dan lapisan disibukkan dengan lelahnya pertarungan politik,  antusias dan semarak kelihatan tidak seheboh masa Pilkada periode sebelumnya.

Beberapa bulan ke depan, sesuai dengan jadwal Pilkada serentak,  kabupaten Pakpak Bharat akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah. Akan ada pemimpin baru kelak memimpin kabupaten Pakpak Bharat.

Harapan rakyat pada umumnya, melahirkan seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi kedepan, mementingkan hak Rakyat. Pemimpin memiliki terobosan terobosan baru. 

Pemimpin punya cita-cita cemerlang memakmurkan masyarakat. Pemimpin yang tidak mau berkompromi mempermainkan uang rakyat. Atau barangkali seorang pemimpin yang tidak ceroboh, gegabah dalam mengambil kebijakan.

Masyarakat cinta akan kemakmuran, tercukupi kebutuhan hidup sehari-hari, mayoritas penduduk Pakpak Bharat adalah sebagai petani, mengandalkan hasil pertanian untuk kecukupan sehari-hari. Sistem pertanian di daerah Pakpak Bharat tidak sehebat seperti sistem pertanian di daerah tetangga. 

Pertanian di Pakpak Bharat hingga saat ini sebatas untuk kecukupan kebutuhan dalam keluarga, bukan dijadikan sebagai arena ajang bisnis atau aset yang dapat dikembangkan. Pertanian bukan dikembangkan untuk menimbun harta kekayaan, namun pertanian hanya untuk kebutuhan sehari-hari.  

Terbatasnya cara sistem pengelolaan pertanian, cara berpikir dan kebiasaan hidup sehari-hari adalah sebagai salah satu penghambat. Disamping itu areal pertanian yang akan dikelola sangat terbatas, luas areal hutan lindung  begitu luas, sehingga menghimpit pengembangan dan perluasan lahan pertanian. 

Cara dan sistem pertanian masih kelihatan lambat dan sistem konvensional, bisa jadi alasan  karena kurangnya modal. Membeli obat-obatan pestisida, pupuk bahkan alat-alat mesin pertanian begitu mahal, sehingga yang dilakukan Masyarakat petani adalah dengan menggunakan Sistem dan alat-alat tradisional seadanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline