Lihat ke Halaman Asli

Marudut Parsaoran Anakampun

Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Kemerdekaan Republik Indonesia, "Sarat" akan Penjajahan

Diperbarui: 15 Agustus 2019   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

malangtimes.com

Cikal bakal Kemerdekaan.

Beberapa hari kedepan kita sebagai rakyat bangsa Indonesia akan merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan diartikan sebagai bebas, keluar dari belenggu, jajahan, pembodohan, kebebasan berbicara, hidup dan berpendapat, ikut serta menikmati kekayaan alam negeri tercinta. 

Kemerdekaan diibaratkan sebagai Mahkota terindah dalam hidup dan penghidupan. Kemerdekaan lahir dan batin tanpa tekanan, paksaan, tipu muslihat. Kemerdekaan yang mandiri tanpa rekayasa.

Kerajaan Belanda berkuasa satu setengah abad di Negeri ini.

Flash back kembali di tahun seribu delapan ratusan, dimana Belanda menginfasi pasukan dan warganya ketanah air. Lebih satu setengah abad  kerajaan Belanda duduk dan berkuasa di negeri ini. Coba kita bayangkan satu setengah abad lamanya atau seratus lima puluh tahun kerajaan Belanda duduk dan berkuasa di Negeri ini, tak terbayang nilai materi dan uang telah diangkut ke negeri Kerajaan Belanda.

Belanda telah berhasil menjadi Banteng di kampung orang, menjadi raja dan penguasa, bagaimana tidak Belanda telah sukses menjarah, menguras kekayaan bumi pribumi, rempah-rempah, kopi, Cengkeh, lada, dan kekayaan bumi lainnya. Terkuras untuk kedikdayaan kerajaan Belanda. 

***

Belanda memanfaatkan akal dan logika berpikir cemerlang sudah diasah dinegaranya,  dengan mudahnya Belanda mendoktrin, mencuci otak bahkan mengatur dan mengendalikan sistem kehidupan pribumi. Dengan begitu sudah barang tentu hasil bumi pun tak luput dari jarahan diangkut, dihabisi di bawa ke negeri Nederland.

***

Warga negara pribumi bergejolak atas sikap kerajaan Belanda.

Semangat juang kemerdekaan sudah dipatri oleh pendahulu-pendahulu ketika Belanda menjajah dengan menyedot kekayaan bumi. Hasil bumi seperti bukan empunya sang tuan rumah, tetapi hasil bumi milik sang penjajah.  Belanda memanfaatkan situasi kebodohan, keterbelakangan dan carut marutnya rakyat pribumi. 

Namun perlahan-lahan mata terbuka, pikiran mulai berjalan, saya sudah tertipu, tertipu atas mahligai intrik Belanda, begitu pintar mengecoh, mengadu domba, memperalat dan memusnahkan. Kesadaran itu muncul ketika mata dan cakrawala berpikir terbuka, terang benderang oleh kaum pribumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline