Lihat ke Halaman Asli

martua sirait

Pencinta Budaya

Kisah Namorapanaluan Situmorang Lumbannahor; Asalusul Kampung Sirait Samosir (3)

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1341324302348205119

[caption id="attachment_198658" align="alignright" width="300" caption="Peta Bius Samosir"][/caption] Kisah Namorapanaluan Situmorang Lumbannahor Asalusul Kampung Sirait Samosir (3) Situmorang Lumbannahor adalah cicit kedua dari 7 cicit Ompu Tuan Situmorang. Lumbannahor merupakan cicit dari cucu Ompu Tuan Situmorang bernama Ompu Ambolas yang merupakan anak dari Panopa Raja. Silsilah dan daftar cicit Situmorang telah dikisahkan pada tulisan  sebelumnya: Tuan Ringo dan Onan Sirait, Asalusul Kampung Sirait Samosir (2). Kisah Kampung Sirait terkait dengan Situmorang Lumbannahor adalah sebagaimana yang dituliskan Waldemar Hutagalung (1926) dalam bukunya “Pustaha Batak, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak” (diterbitkan kembali oleh CV Tulus Jaya, Jakarta, 1991). Dikisahkan tentang Lumbannahor memiliki dua anak yakni: 1) Tangkiulubalang dan 2) Namorapanaluan. Setelah Lumbannahor meninggal, timbullah perselisihan antara Tangkiulubalang dengan adiknya Namorapanaluan. Pemicu pertengkaran adalah soal pembagian rumah dan kerbau warisan orangtua. Karena perselisihan itu, Namorapanaluan kemudian pergi merantau ke lembah Toba. Di Toba beliau kemudian menikahi putri dari marga Manurung. Setelah beberapa lama, Namorapanaluan kemudian meninggalkan daerah Toba. Sendirian beliau mengembara hingga kemudian tiba di Sipultak Humbang. Di Humbang beliau meminang seorang putri bernama si Borutambunmulia, putri dari marga Sihombing. Padahal putri tersebut telah dijodohkan dengan anak orang lain. Karenanya orangtua sigadis menolak pinangan Namorapanaluan. Di sisi lain, kerabat lain sigadis yakni Ompu Lobi Sihombing (anak dari Datu Galapang) bersedia menerima pinangan Namorapanaluan. Berkat bujukan kerabatnya, orangtua sigadis akhirnya merestui hubungan tersebut. Maka jadilah Namorapanaluan menikahi si Borutambunmulia. Sebagai pertanda, orangtua si Borutambunmulia memberikan ukiran patung tiga ayam-ayaman yang terbuat dari kayu serta sebuah tongkat “tunggalpanaluan”. Beberapa waktu kemudian lahirlah seorang anak bagi Namorapanaluan dari boru Sihombing tersebut. Setelah kelahiran anaknya tersebut, berangkatlah beliau dengan mengusung keluarganya kembali ke kampung orangtuanya, kampung Sirait di Pulau Samosir. Turut serta dibawanya ketiga patung ayamayaman dan tunggalpanaluan tersebut. Dari kisah tersebut dinyatakan bahwa Kampung Sirait adalah kampung orangtua dari Namorapanaluan. Artinya kampung dari Lumbannahor. Kurang jelas apakah Kampung Sirait dibangun oleh Lumbannahor atau ayah dari Lumbannahor yakni Ompu Ambolas atau oleh ompungnya Panopa Raja. (bersambung...) Selanjutnya: Sitohang Tongatonga, Asalusul Kampung Sirait Samosir (4) Arsip: 1. Asalusul Kampung Sirait Samosir (1): Pengantar 2. Tuan Ringo dan Onan Sirait, Asalusul Kampung Sirait Samosir (2)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline