Seru, demikian gambaran perpolitikan di Sumatera Utara saat ini. Menjelang pilgubsu, banyak teka teki yang tak terduga jawabannya silih berganti hadir menghiasi setiap tahapannya.
Dimulai dari teka-teki siapa saja bakal calon yang akan maju berkompetisi dalam momentum Politik ini.
Dr. Ir. H Tengku Erry Nuradi, M.Si yang menjabat saat ini menjadi tebakan dalam teka-teki pertamanya.
Apakah beliau akan maju/dimajukan sebagai calon incumben atau tidak. Diawal, sebagai petahana arus deras dukungan untuknya menggelinding tak terbendung. Semua merapat.
Sempat dinyatakan tak mendapatkan dukungan dari DPP Partai Nasdem karena kontribusinya untuk partai yang belum terlihat nyata. Ketua Nasdem Sumut ini akhirnya harus terpental usai berbagai formasi duetnya tak berhasil menarik simpati.
Sempat muncul berduet dengan Bupati Langkat, Ngogesa Sitepu menyebabkan barisan bawah kader golkar begitu bersemangat bahwa mereka adalah pasangan paling ideal untuk memanangi pilgubsu.
Lalu muncullah deklarasi dari Nasdem yang menyatakan secara terbuka mempersiapkan dirinya maju lagi sebagai cagubsu di lapangan benteng. Tapi, yang bersanding dengannya malah wagubsu saat ini bukan yang lain.
Teka-teki pun semakin bergulir.
Setelah muncul beberapa nama, pada detik-detik akhir, dengan berbesar hati beliau harus menyerahkan SK dukungan Nasdem kepada Eddy Rahmayadi yang berpasangan dengan Musa Rajeksyah (Ijek) dengan Jargon Eramas.
Eramas yang semula hanya didukung oleh PKS, Gerindra, Hanura dan PAN ini memberikan jawaban baru dengan merapatnya Golkar dan Nasdem. Sebuah koalisi besar terjaid di Sumut.
Sebagai kompetitornya, hadir nama JR Saragih-Ance yang diusung Demokrat-PKB dan juga Djarot-Sihar yang diusung PDIP-PPP.