Panitia peleksana perhelatan akbar sepakbola Indonesia yang dinamai Piala Presiden 2018 mendapatkan kritikan keras dari berbagai pihak terkait keputusan tidak diijinkannya Gubernur DKI Jakarta untuk ikut turun ke lapangan mendapingi presiden RI, Joko Widodo. Anies Baswedan yang dalam cuplikan sebuah vidio yang beredar, sempat terlihat ingin melangkahkan kakinya mengikuti rombongan Presiden RI yang terlihat turun ke lapangan Hijau. Namun, apakah itu bahagian dari panitia acara atau paspampres, terlihat menghentikan langkah sang gubernur yang dari kejauhan terlihat seperti melakukan pelarangan.
Publik sepakbola terkejut dengan tindakan ini. Beragam reaksipun bermunculan. Ada yang menghujat, dan ada pula yang mempertanyakannya. BUkan hanya rakyat jelata dan pecinta sepakbola yang berbicara, tokoh politik pun tak ketinggalan memberikan pandangannya.
Hampir semua pihak menyalahkan keputusan ini. Objek kesalahan utama ditujukan kepada sang ketua Panitia, Maruarar Sirait yang biasa disapa bang Ara.
Saya akan menilik masalah ini dari sudut yang lebih netral. Saya bukan warga Jakarta, saya bukan pemilih Anies Baswedan, saya bukan pemilih Jokowi saat Pilpres, saya bukan penggemar Persija Jakarta dan saya bukan politisi maupun pemain bola.
Tapi, saya adalah anak bangsa yang gemar membaca dan menyimak sebuah berita.
Sangat tak elok juga kalau kita sesama putra-putri negeri saling hujat dan saling maki hanya karena hal yang bisa multitafsir dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Di satu sisi, ini adalah perhelatan Piala Presiden, maka hal yang wajar kalau Presiden yang turun ke lapangan dan langsung menyerahkan pialanya.
Disisi lain, Anies walaupun sebagai gubernur Jakarta, tapi bukan pemegang saham dan tak memiliki kepemilikan dalam pengelolaan Persija Jakarta . Sehingga, tidak ada aturan yang mewajibkannya turun ke lapangan untuk menyaksikan penyerahan Piala Presiden ini.
Soal Persija sebagai tuan rumah, itu hanya soal geografis dan ketepatan saja. Karena ini Piala Presiden, maka perhelatan puncaknya harus dilakkan di stadion utama negara yang dalam hal ini adalah SUGBK (Stadion Utama Gelora Bung Karno). Sedangkan yang disebut kandang Persija Jakarta, bukan SUGBK, saat ini di stadion manahan Solo.
Namun, ini semua hanya terkait etika saja. Terbebas dari kehadiran Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sebagi undangan kenegaraan oleh panitia ataukah beliau datang karena yang bertanding persija Jakarta sebagai bentuk dukungan beliau terhadap klub berdomisili di propinsinya atau sebagai gubernur yang menyambut tamu di propinsi DKI Jakarta.
Tetapi, alangkah eloknya kalau beliau tetap diperkenankan mendampingi klub yang berposisi geografis di lingkup pemerintahannya sebagai penghargaan. Bukan malah beliau yang duduknya berdampingan dengan Presiden, Menpora dan petinggi negara lainnya, namun ketika ingin memberikan ucapan langsung kepada Persija beliau tak diperkenankan. Karena, bagaimanapun ada jabatan Gubernur yang melekat pada dirinya.