Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Berilah Terlebih Dahulu Tanpa Syarat!

Diperbarui: 15 Mei 2024   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memberi dan berbagi sebagai proses pendewasaan diri. Sumber: guideposts.org

Teolog Jesuit Pierre Teilhard de Chardin pernah berkata, "Hal paling memuaskan dalam kehidupan adalah dapat memberi sebagian besar diri kita pada orang lain." Memberi sesungguhnya bukan masalah memiliki banyak atau sedikit harta, namun memberi dengan tulus sebenarnya adalah masalah sikap. Tepatnya, memberi erat kaitannya pada sikap diri yang merujuk pada mentalitas simpati dan empati pada sesama. Banyak orang yang tidak memiliki harta melimpah bahkan cenderung kekurangan namun mampu memberi dengan tulus.

Logika pikir seringkali begitu kuat memberikan pertimbangan pada sikap diri, bagaimana mungkin memberi sedangkan masih dalam kondisi berkekurangan. Logika budi seringkali menguatkan sikap, bagaimana mungkin membantu sedangkan masih butuh bantuan orang lain. Ada begitu banyak logika-logika yang logis, yang membenarkan sikap diri untuk tidak memberi. Dengan kata lain, memberi dilakukan tatkala sudah memiliki kelimpahan.

Mampu memberi walau tidak dalam kelimpahan adalah sikap diri yang dewasa dan selalu mematangkan diri. Banyak orang memiliki seribu satu alasan untuk tidak memberi atau membantu orang lain. Semuanya itu kembali pada sikap atau niat masing-masing pribadi untuk simpati dan empati pada sesama. Setiap orang pastinya memiliki kesulitan dan masalah hidupnya sendiri, dan semua itu selalu terjadi dalam hidup ini. Menunggu semuanya selesai, maka sulit menemukan kesempatan untuk memberi.

Membantu sesama menjadikan hidup lebih hidup. Sumber: dosomethingcool.net

Memberi orang lain bukan sekadar tentang menyerahkan bantuan dan masalah selesai. Namun, ada nilai-nilai kehidupan (life value) yang begitu bermakna dari memberi tersebut. Jalinan relasi dan komunikasi satu sama lain menjadi benang merah yang melahirkan kepedulian, tergugahnya nurani, penghargaan atas eksistensi pribadi sebagai makhluk ciptaan-Nya, dan lebih dari semua itu menjadi perwujudan rasa syukur atas karunia-karunia dalam hidup.

Memberi senantiasa menjadi buah-buah pengolahan batin yang penuh makna. Memberi dan mampu berbagi menjadi proses pergulatan yang mampu memaknai hidup dengan rasa syukur, syukur atas hidup. Setiap pagi kita dikaruniai nafas kehidupan, hari baru, dan kemampuan untuk beraktivitas. Itu semua anugerah luhur dari Sang Pencipta, yang sudah seharusnya kita syukuri setiap hari. Waktunya hidup yang menjadi anugerah ini menjadi kesempatan yang baik pula untuk berbagi dengan sesama sehingga anugerah baik dalam hidup ini menjadi siklus kebaikan yang terus berputar.

Hidup ini adalah kesempatan. Kita diberi kesempatan oleh Sang Pencipta untuk menikmati hidup dan dikaruniai berbagai anugerah tanpa syarat. Kita juga memiliki kesempatan banyak hal dalam hidup untuk melakukan kebaikan dan kebajikan. Kita selalu memiliki kesempatan untuk menghidupi hidup ini. Atau, kita akan memilih untuk melewatkan kesempatan baik dalam hidup ini? Semuanya kembali pada kejernihan budi, kedalaman hati, dan komitmen diri pada keluhuran dan kearifan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline