Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Rumus Kehidupan: Siap Berubah, Bertumbuh, dan Berkomitmen

Diperbarui: 21 April 2024   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan membutuhkan habitus baik. (Sumber Gambar: Freepik.com via kompas.com)

Sidney Howard, Dramawan dan penulis naskah, mengingatkan, "Mengetahui separuh dari apa yang Anda inginkan berarti mengetahui apa yang harus Anda serahkan sebelum Anda memperolehnya." 

Hal ini disampaikan dalam konteks perubahan dalam hidup sebagai sebuah proses mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang berdaya guna bagi diri dan sesama. 

Perubahan menuntut pengorbanan dalam berbagai sisi kehidupan, seperti berkorban waktu, tenaga, uang, bahkan ide dan gagasan baru.

Siap bertumbuh, siap berubah merupakan logika sederhana dalam kehidupan. Perubahan tidak hanya melingkupi hal-hal yang besar namun perubahan dapat dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana. 

Ketika yang biasanya bangun tidur pukul 06.00 langsung mandi dan bersiap ke kantor, maka bisa mulai mengubah pola dengan bangun tidur pukul 05.00, olah raga ringan, menata rumah, cek kesiapan kerja, bersiap-siap, dan mulai berangkat ke kantor. 

Ada satu jam lebih awal untuk menata diri dan menata lingkungan yang senantiasa ini akan menjadi habitus baik dalam membentuk karakter militan dan well prepared dalam hidup.

Habitus baik membentuk karakter. Sumber: https://www.quora.com/

Siap bertumbuh dalam kehidupan, pastinya menuntut perubahan dalam setiap pola kehidupan, dan tentunya ada berbagai pengorbanan. Untuk menjadi pribadi yang berwawasan luas, pastinya membutuhkan kemampuan dan habitus literasi baca-tulis. 

Tanpa habitus literasi tersebut, semuanya akan menjadi biasa-biasa saja bahkan cenderung hambar dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. 

Habitus baca-tulis tentunya tidak bisa dibentuk dalam satu atau dua hari saja, namun membutuhkan proses dan perjuangan panjang dengan komitmen yang teguh.

Saya dan istri mencoba mengenalkan budaya baca (suka pada buku) pada anak kami sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan. Setiap malam kami membacakan buku atau kisah dalam kitab suci untuk bayi yang masih ada dalam kandungan. Kami meyakini bahwa proses pembentukan karakter anak sejatinya dimulai dari dalam kandungan. 

Ketika anak kami lahir dan terus bertumbuh, kami selalu mengenalkan buku hingga mulai usia 4 tahun senang dengan buku dan selalu mengajak pergi ke toko buku untuk hunting buku baru. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline