"Semua yang tidak diberikan akan hilang". Setiap manusia memiliki potensi hebat dalam kehidupan ini dan untuk kehidupan yang lebih bermakna. Setiap pribadi memiliki peluang yang sama untuk menjadi manusia seutuhnya, menjadi manusia bagi sesama dan semesta. Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk meluangkan pikiran pada kehidupan yang berdaya guna, mengulurkan ketulusan hati pada nilai-nilai kemanusiaan, dan membangun langkah kepedulian bagi kemanusiaan.
Penyair India, Rabindranath Tagore menulis,Memanusiakan manusia, baik untuk diri sendiri dan sesama, adalah kunci mujarab tentang kehidupan yang berkualitas dan bermakna. Nilai-nilai humanisme sejatinya tidak berhenti pada ulasan hebat di buku, jurnal, atau juga tidak hanya berputar dalam diskusi hebat tentang dunia dan manusia. Memanusiakan manusia sesungguhnya sangat sederhana, berbuat baik dan peduli pada diri dan sesama. Semuanya itu bermuara pada langkah-langkah nyata dan berdaya guna.
Berangkat dari diri masing-masing, banyak orang belum selesai dengan dirinya sendiri karena belum bisa bersyukur namun masih terus-menerus mengeluh dengan kehidupan ini. Banyak pribadi masih mudah menyalahkan diri, sesama, keadaan, dan segala sesuatu di sekitar dirinya. Hidup menjadi tempat menggerutu dan mengeluh, yang seharusnya menjadi tempat berbuat baik dan berdaya guna bagi sesama dan semesta.
Mereka tidak sibuk menyalahkan, tetapi mereka sibuk berkarya dan memberikan makna yang berdampak luas bagi dunia. Inilah pribadi dewasa yang sesungguhnya, kemurahan hati mengalir dari dirinya untuk sesama dan semesta.
Banyak orang dengan kekurangan dan kelemahan namun mereka mampu menerima dan bersyukur atas keadaan itu. Mereka sudah selesai dengan permasalahan dirinya, mereka mampu maju dan memiliki tujuan hidup yang bermakna bagi dunia.Ada orang-orang hebat di dunia dengan berbagai kekurangannya, mereka selesai dengan dirinya dan mampu fokus pada pengembangan diri, sesama, dan dunia. Mereka mampu memberi dampak baik lewat kemurahan hati yang selalu mengalir. Demosthenes adalah seorang yang gagap tapi mampu menjadi orator hebat. Beethoven seorang yang tuli sama seperti Thomas Edison. Charles Dickens cacat kaki, begitu juga Handel. Plato memiliki punggung yang bungkuk.
Menjadi manusia yang sungguh-sungguh manusia, saatnya selalu mengalirkan kemurahan hati dalam ketulusan dan tanpa pamrih. Rasa syukur dalam diri menjadi batu lompatan untuk menjadi pribadi penuh kasih dengan akal yang sehat, nurani yang jernih, peduli yang tak pernah henti, dan komitmen yang menembus batas-batas kemanusiaan. Bunda Teresa mengingatkan, "Tak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Namun kita dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H