Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Kualitas Diri: Siap Mendengarkan Orang Lain Hari Ini

Diperbarui: 27 Maret 2024   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengarkan sebagai kemampuan berkomunikasi yang baik. Sumber: https://crestcom.com/blog

Lyndon B. Johnson, ketika menjadi senator muda di negara bagian Texas, ia memasang tulisan di dinding kantornya, "You ain't learnin' nothin' when you're doin' all the talkin'," yang artinya: Anda tidak akan pernah belajar apa-apa jika Anda terus berbicara. Hal ini seperti ingin menegaskan betapa pentingnya setiap pribadi untuk belajar mendengarkan orang lain. Banyak orang mudah sekali berbicara, tapi betapa sulitnya untuk mendengarkan orang lain. Inginnya didengarkan, tapi tidak mau mendengarkan.

Banyak contoh buruk dalam tayangan media digital atau televisi, pada saat ada program ngobrol bersama host, masing-masing narasumber seringkali mendominasi pembicaraan, bahkan sulit dihentikan. Belum lagi, seringkali kita disuguhi dalam program tersebut pembicaraan orang dewasa yang sangat tidak dewasa, di mana asas kesopanan terabaikan, menyerang pribadi, dan sulit menjadi teladan sebagai tokoh masyarakat. Selain itu, ada juga dalam sebuah program, narasumber menyiram air minum ke narasumber yang lain, bahkan ada juga yang sampai baku hantam.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita juga bisa menemukan situasi di mana komunikasi hanya didominasi oleh salah satu pihak. Dalam Tim Kerja, hanya satu orang yang mendominasi pembicaraan dan tak mau mendengarkan masukan teman dalam satu tim. Dalam kehidupan di masyarakat, ada orang yang sukanya ngomong dan selalu ngomong tapi di saat orang lain berbicara, dia tidak memperhatikan. Ada begitu banyak contoh ketimpangan komunikasi dalam hidup ini.

Kalau Woodrow Wilson, Presiden AS ke-28, pernah berkata, "Telinga seorang pemimpin harus penuh dengan suara rakyat". Kembali-kembali kemampuan dan kebiasaan untuk mendengarkan orang lain menjadi kunci utama menjadi pemimpin yang baik. Tanpa kemampuan mendengarkan yang baik, pemimpin hanya akan jatuh pada bualan kata-kata dan kehilangan konteks sesungguhnya dari orang-orang yang dipimpinnya.

Begitu pula dalam kehidupan dan dinamika di keluarga, komunikasi antar anggota keluarga senantiasa menjadi komunikasi yang sehat dan mendukung satu sama lain. Seringkali orangtua mendominasi komunikasi dalam keluarga dengan segala instruksi, nasihat, saran, omelan, dan lain sebagainya. Mari mengupayakan kebiasaan baik menjadi orangtua yang sabar dan setia mendengarkan anak-anak. Mereka seringkali sangat ingin didengarkan segala ide, perasaan, dan segala hal tentang diri dan hidup mereka.

Mendengarkan dan didengarkan sebagai habitus keluarga. Sumber: https://www.kidsinthehouse.com/blogs

Pada intinya mendengarkan adalah sebuah kemampuan yang harus diusahakan untuk menciptakan relasi dan komunikasi yang sehat. Dengan mendengarkan orang lain, sejatinya kita menunjukkan rasa hormat, membangun hubungan baik, meningkatkan wawasan, membangkitkan ide dan inspirasi, serta membangun loyalitas dan sinergi satu sama lain. Untuk membangun kualitas diri, waktunya untuk membangun habitus mendengarkan hari ini. Hari esok pun akan selalu menjadi hari ini di saat kita menjalaninya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline