"Nasib bukanlah soal kesempatan, itu adalah soal pilihan. Itu bukan sesuatu yang harus ditunggu, melainkan sesuatu yang harus dicapai". Hal ini memberi pencerahan yang inspiratif pada banyak pribadi yang menerima dan menyerah sepenuhnya pada nasib. Nasib kadangkala menjadi belenggu yang tak dapat dilewati.
William Jennings Bryan - orator, pengacara, dan pemimpin politik -- pernah mengatakan,Sepertinya hidup adalah pilihan, begitu pula nasib. Kita bisa memilih bangun pagi dengan semangat atau tetap bermalas-malasan di kala alarm sudah bunyi tanda seharusnya kita bangun dan bangkit dengan aktivitas pagi. Kita pun bisa memilih tentang bagaimana menjalin relasi dalam keluarga, apakah akan cuek dan tak peduli satu sama lain atau penuh perhatian dan kasih sukacita antar pribadi dalam keluarga. Semua itu adalah pilihan merdeka setiap pribadi dan akan menentukan arah hidup kita.
Dalam hidup ini ada pilihan-pilihan baik maupun kurang baik yang dapat kita pilih, yakini, dan lakukan dalam keseharian. Bahkan pilihan baik sendiri memiliki banyak pilihan yang dapat dilakukan sehingga menentukan karakter diri dan kualitas hidup kita. Ada kebebasan dalam diri untuk memilih pilihan cerdas sehingga setiap pribadi dapat mau dan berkembang.
Ketekunan salah satunya dapat menjadi pilihan cerdas dalam hidup sehingga mampu menopang diri untuk berkembang secara pribadi dan berkualitas dalam komunitas bersama orang lain. Orang bisa saja memilih malas-malasan, namun dengan berteguh dalam ketekunan niscaya nasib baik akan datang. Ketekunan mampu membawa orang pada keberuntungan hidup karena keteladanan dan konsistensinya, pribadi yang selalu belajar untuk hidup yang lebih baik.
Rasa rendah hati samasekali tidak menjadi prioritas dalam hidupnya. Dunia terus berjalan, berubah, dan berkembang sehingga kita harus menyesuaikan dengan siap belajar hal-hal baru. Hanya maut yang mampu menghentikan kebutuhan kita untuk belajar.
Kesediaan untuk diajar dan juga belajar dalam setiap kesempatan juga pilihan cerdas dalam hidup. Ada orang memilih pilihan hidupnya dengan menjadi orang yang merasa sudah hebat dan tak perlu belajar apapun.Bahkan menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan. Dengan kata lain, kedewasaan tidak berbanding lurus dengan usia. Kedewasaan tidak otomatis, namun harus dilatih dan dibiasakan. Pilihan-pilihan cerdas dan bermakna dalam hidup senantiasa akan membentuk pribadi yang dewasa. Kedewasaan sesungguhnya bukan sebuah hasil namun proses terus-menerus dalam mengolah budi, hati, dan tindakan menuju pada kebaikan dan kearifan hidup.
Sebuah kesadaran besar bahwa kesatuan hati dan budi menjadi alat yang ampuh dalam membangun habitus baik tentang pilihan-pilihan hidup yang baik pula. Ketika mata terbuka, kata-kata tercecap, dan rasa terus mengalir, maka pilihan hidup dimulai. Pilihan hidup kita menentukan hari-hari kita ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H