Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Menjadi Pribadi yang Belajar Sepanjang Hayat

Diperbarui: 20 Maret 2024   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warren Bennis dan Burt Nanus dalam Leaders: The Strategy for Taking Care, melakukan penelitian atas 90 pemimpin puncak di semua bidang. Keduanya mendapatkan bahwa "Kemampuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan mereka itulah yang membedakan pemimpin dan pengikut mereka." Bahkan Warren dan Burt sampai pada kesimpulan final bahwa pemimpin adalah orang yang belajar terus-menerus, sepanjang hayat.

Berbicara pemimpin bukan hanya sekadar jabatan atau posisi tertentu, namun lebih dari itu dan lebih vital adalah menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dalam dinamika kehidupan. Tidak ada alasan yang tepat untuk membenarkan bahwa seseorang tidak mau belajar merupakan pilihan terbaik. Selama nafas masih berhembus dan nadi masih berdenyut, semua orang sejatinya siap sedia untuk belajar dari siapapun, kapanpun, dan tentang apapun yang baik.

Pernah rekan baru di kantor yang sudah berusia 60 tahun bergabung bersama kami. Karena kebutuhan kantor dan keterampilan khusus, maka usia tidak menjadi syarat. Uniknya, rekan baru tersebut tidak menguasai komputer sama sekali sedangkan kantor mulai mensyaratkan agar setiap pegawai bisa teknologi, khususnya komputer. Mengagumkan, perlahan-lahan hari demi hari rekan baru tersebut mulai bertanya-tanya dan belajar mengoperasikan komputer untuk menunjang pekerjaannya. Dalam satu tahun, dia sudah menguasai dan mahir. Usia bukan menjadi halangan untuk melek teknologi. Ada kemauan maka kemampuan tercapai.

Semangat belajar sepanjang hayat senantiasa sungguh-sungguh menjadi spirit yang menggerakkan pribadi untuk berkembang, bukannya membelenggu diri dengan berbagai alasan. Orang yang berkembang dan sukses membutuhkan keterbukaan budi, hati, jiwa, dan raga dalam segala hal baik. Kemauan belajar sesungguhnya lahir dari dalam diri masing-masing sebagai motivasi internal yang menggerakkan.

Keseimbangan Hidup dalam Belajar. Sumber: https://blog.essaytigers.com

Semangat belajar terus-menerus seringkali membangun karakter tahan banting dan militan, tidak takut gagal. Kegagalan yang dihadapinya justru dijadikan pembelajaran hidup yang bermakna untuk bangkit dan bergerak maju. Tiga tahun saya sudah mengirim tulisan opini saya ke koran Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta) sebanyak hampir 50 tulisan dan tak ada yang dimuat satu pun, hingga akhirnya di bulan Maret 2001 tulisan dan nama saya terpampang di koran tersebut. Kegembiraan dan kelegaan yang tiada tara, yang memacu saya untuk terus menulis hingga hari ini. Bahkan ratusan opini saya ditolak di Koran Kompas, hingga akhirnya bisa tembus dan terbit.

Belajar sejatinya mengasyikkan dan sangat bermakna ketika semua itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan semangat untuk berkembang. Tidak ada yang sia-sia dengan belajar. Mari menjadikan kehidupan ini sebagai taman belajar yang mempesona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline