Harta yang paling berharga adalah keluarga; Istana yang paling indah adalah keluarga; Puisi yang paling bermakna adalah keluarga; Mutiara tiada tara adalah keluarga (Lagu "Keluarga Cemara").
Pelatih NBA Pat Riley berkata, "Perkuatlah kehidupan keluarga untuk periode waktu yang panjang, dan Anda akan dapat memperkuat kesuksesan dalam periode waktu yang panjang juga." Keluarga senantiasa menjadi dasar sekaligus awal yang mendukung segala kesuksesan dalam hidup. Layaknya sebuah pohon, keluarga menjadi akar yang menentukan kelanjutan dan perkembangan pohon itu dalam periode tertentu.
Keluarga merupakan komunitas pertama dan utama bagi setiap pribadi untuk lahir, berjuang, dan tumbuh-kembang dalam setiap dinamika kehidupan. Dalam keluarga setiap pribadi belajar tentang habitus baik yang erat kaitannya dengan humanisme dan implementasinya. Keluarga menjadi awal (start) bagi setiap pribadi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup sekaligus menjadi finish (kembali) dari segala petualangan hidup.
Paus Yohanes XXIII dengan jelas menegaskan, "The family is the first essential cell of human society". Keluarga adalah sel esensial pertama dalam masyarakat manusia, yang merujuk pada esensi keluarga sebagai akar kehidupan manusia. Tanpa keluarga, kelangsungan hidup manusia akan terancam. Suka tidak suka, keluarga merupakan pondasi utama setiap pribadi.
Manusia lahir di sebuah keluarga, bertumbuh secara fisik dan psikis juga dalam keluarga, mengembangkan segala aspek kehidupan juga dalam keluarga, bahkan ketika ada masalah dalam hidup maka kembali ke keluarga adalah sebuah kelegaan yang menenangkan jiwa. Keluarga menjadi rahmat atau anugerah yang begitu besar dalam kehidupan manusia, di sanalah ada kasih dan perlindungan, perhatian dan rasa peduli, serta ada ikatan batin yang menyatukan setiap pribadi yang tak usang oleh waktu.
Bunda Teresa memberikan uraian yang menggugah hati, "Marilah kita membuat satu hal, bahwa kita bertemu satu sama lain dengan senyuman, ketika sulit untuk tersenyum. Saling tersenyum, luangkan waktu untuk satu sama lain dalam keluargamu." Keluarga sejatinya menjadi komunitas yang menyenangkan, membahagiakan, dan menguatkan satu sama lain dalam kasih. Keluarga sesungguhnya melahirkn sukacita, bukan dukacita apalagi tragedi yang menghancurkan ketenangan jiwa.
Setiap pribadi senantiasa mentransformasi diri tentang kesibukan di luar sehingga memiliki rasa peduli dan komitmen untuk menempatkan keluarga sebagai prioritas. Lebih reformatif, ketika berani mengambil risiko dengan mengorbankan pekerjaan atau kesenangan di luar demi mengutamakan keluarga sebagai kesatuan hati dan budi. Inilah pribadi unggul penuh cinta, memberikan komitmen diri pada relasi-relasi personal dalam keluarga sebagai pendekatan pribadi penuh kasih dan peduli.
John C. Maxwell dalam Your Road Map for Success dengan sangat tegas berkata, "Jika Anda sudah berkeluarga, pastikan Anda tidak mengabaikan mereka sementara Anda mengejar kesuksesan karier." Hal ini menjadi penegasan yang mantap bahwa betapa pentingnya keluarga dalam usaha mengembangkan diri untuk kesuksesan.
Banyak orang mengatakan, "Kehilangan pekerjaan atau karier akan menjadikan kita sedih, namun dalam beberpa waktu bisa bangkit dalam memulai lagi. Akan tetapi, kehilangan keluarga sungguh menjadi tragedi yang berat dan tidak bisa diulangi." Komparasi ini menjadi sebuah permenungan yang apik untuk menata pikiran dan nurani untuk bijak dalam karier dan keluarga.
Pada akhirnya keluarga sejatinya menjadi prioritas dalam kehidupan ini. Hidup baik dalam keluarga, senantiasa akan membawa kebaikan pula dalam karier dan kesuksesan. Sebaliknya, kekacauan dalam keluarga, sangat mungkin memberikan dampak dalam karier dan relasi dengan sesama. Mari menabur benih kebaikan dan kebajikan dalam keluarga sehingga bisa bertumbuh kembang dengan subur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H