Para miliarder memilih pekerjaan yang benar-benar mereka cintai, namun sebaliknya orang biasa memilih pekerjaan yang menawarkan gaji besar beserta benefit lainnya.
"Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life." Ungkapan ini sangat menginspirasi sekaligus menyindir kebanyakan orang yang bekerja dengan keterpaksaan, terbelenggu jiwa dan raganya.
Memulai dengan ungkapan Confusius yang sangat inspiratif,Banyak orang bekerja demi uang, bukan karena cinta, kedalaman hasrat, ekspresi, dan kepuasan batin yang melegakan setiap hembusan jiwa. Banyak orang bekerja namun tidak mengenal potensi dan kecintaannya dalam kehidupan nyata sehingga perputaran hari menjadi sebuah rutinitas tanpa makna yang terkadang menjenuhkan.
Cinta ataupun kesukaan sejatinya menjadi roh dasar dalam setiap jiwa dan raga manusia untuk menata hidup dan melangkah merangkai kehidupan yang membahagiakan. Kehidupan setiap pribadi sejatinya bukanlah karena kendali orang lain namun kehidupan yang dimiliki setiap jiwa adalah hasil kendali setiap pribadi dalam mengolah diri.
Marah dan sabar, putus asa dan bangkit, senyum dan cemberut, berpikir positif dan negatif, dan berbagai respon diri sesungguhnya kendali diri sendiri sebagai sebuah keputusan pribadi yang merdeka.
Belajar dalam ruang lingkup dunia pendidikan nyata juga merupakan sebuah proses nyata dan terencana bagi setiap pribadi untuk menentukan respon diri atas segala proses yang berjalan. Malas dan tekun dalam belajar, pasif dan proaktif dalam eksplorasi diri, semangat dan terbebani dalam berjuang, bermakna dan tak berguna untuk setiap dinamika belajar merupakan kendali pribadi yang seringkali tidak disadari.
Orang mudah jatuh untuk menyalahkan situasi dan orang lain atas segala hal jelek yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya, orang mudah tinggi hati atas segala keberhasilan dan kebahagiaan yang didapat seolah-olah itu semua kehebatan dirinya.
Edupreneurship mengedepankan potensi, minat, dan konteks dalam proses pembelajaran di sekolah ataupun kampus. Anak-anak senantiasa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melihat, menggali, dan mengembangkan potensi dan minatnya sehingga proses belajar menjadi proses penuh cinta atas dirinya sekaligus menjadi proses penuh cinta untuk mengembangkan diri dengan merdeka mencapai target tertentu.
Maka, pendidikan tanpa cinta adalah sebuah penjara pendidikan yang justru mengkerdilkan segala potensi dan minat anak.
Begitupula konteks dalam edupreneurship menjadi aspek penting dalam memberikan tantangan dan target-target kebermaknaan bagi setiap pribadi dalam proses pembelajaran hidup di sekolah ataupun kampus. Konteks zaman modern tidak akan lepas dari proses pembelajaran di sekolah karena konteks ini sesungguhnya menjadi sebuah pemicu yang handal dalam pengembangan karakter.
Oleh karena itu, ketika anak memiliki cinta pada potensi dan minat dirinya, maka dengan begitu mudah mereka akan berjuang dalam proses pembelajaran untuk menjawab konteks zaman yang ada.