Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Menulis Makna (59): Membumikan Kasih dalam Realita Nyata

Diperbarui: 24 Agustus 2021   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi. www.ldsliving.com

Jika sinar matahari jatuh ke atas kotoran, ia tetap sinar yang sama. Tak akan ada pencemaran yang menghinggapinya. (Jalalu'ddin Rumi)

Rasa peduli pada sesama bukanlah semata-mata tentang rasa belaskasih memberi karena orang lain sedang dalam kesusahan atau penderitaan.

namun, rasa peduli sesungguhnya menjadi pembelajaran nurani terus-menerus dan berkesinambungan dalam hidup sehingga manusia mampu mendengarkan suara hati demi kebajikan dunia dan keluhuran Sang Ilahi dalam kuasa-Nya yang begitu agung. 

Rasa peduli menjadi pergerakan jiwa yang melibatkan ketenangan budi dan kerjernihan nurani yang harus selalu nyala dalam setiap situasi, suka maupun duka. Padamnya budi dan nurani menjadi awal gelapnya kehidupan.

Pribadi manusia senantiasa menjadi sumber saluran kasih bagi sesama dan semesta. Pribadi yang gersang dan menderita pastinya akan menghancurkan saluran kasih itu sehingga pribadi-pribadi gersang akan kehilangan air kehidupan yang menyegarkan jiwa dan raga manusia. 

Dunia tanpa kasih yang terus mengalir hanyalah akan menjadi dunia yang begitu egois pada nilai-nilai luhur kehidupan sehingga tak ada lagi tantangan kebajikan dan pencurahan kebaikan sebagai apresiasi diri yang penuh makna dan kebijaksanaan. 

Kegersangan pribadi yang menjadi matinya nalar sehat dan nurani benar adalah pertanda kuat akan mundurnya peradaban menuju runtuhnya moral pada kehancuran mentalitas pribadi.

Illustrasi. www.desiringgod.org

Pribadi manusia menjadi kunci utama untuk menjaga dunia menjadi semesta yang selalu penuh harapan pada kehidupan yang penuh misteri ilahi Sang Pencipta. 

Setiap pribadi sudah seharusnya selalu mengusahakan cahaya kasih dalam diri setiap saat, setiap waktu, setiap detik. 

Cahaya kasih di dalam diri itu senantiasa akan menjadi pancaran yang bisa menerangi siapapun sebagai rahmat dan berkat yang menggembirakan hidup mereka dan pada akhirnya menjadi siklus kasih pada orang lain sehingga kasih itu mengalir terus dalam lingkaran yang tak pernah terputus. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline