Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Menulis Makna (24): Menjadikan Hidup Lebih Hidup dengan Iman, Harapan, dan Kasih

Diperbarui: 9 Juli 2021   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi. freedesignfile.com

Penghinaan terbesar dalam hidup adalah mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh dengan mengharapkan penghargaan tinggi, namun gagal memperolehnya. (Edgar W. Howe)

Kesungguhan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan adalah sebuah keutamaan hidup yang harus selalu diperjuangkan. Manusia begitu bertalenta dalam hidupnya, karena ada karunia besar dalam hidupnya, yakni akal budi untuk berpikir, hati nurani untuk memilah dan memilih yang benar, dan raga yang menggerakan seluruh tubuh untuk berperilaku selaku kesatuan akal budi dan hati nurani. 

Talenta besar dan mulia ini menjadi modal yang esensi dalam membangun etos kerja dalam setiap tanggung jawabnya.

Menjadi miris dan ironis tatkala manusia sebagai makhluk bertalenta justru jatuh pada keengganan, kemalasan, kepalsuan, dan kebrutalan jiwa. Kehidupan hanya ditempatkan dalam ayunan di taman, serasa sudah bergerak dan bergerak namun sesungguhnya belum kemana-mana untuk menelusuri kehidupan yang begitu dinamis dan ritmis. 

Sudah seharusnya, manusia bergerak melangkah dan menembus segala halangan yang menutup segala talenta atas dasar adanya harapan semu yang sesungguhnya menjerumuskan dalam kehampaan.

Illustrasi. www.dreamstime.com

Manusia terlahir untuk bersungguh-sungguh dalam merangkai setiap deskripsi hidup ini. Manusia lahir untuk berjuang, mengupayakan segala kebaikan dan kebenaran dalam hidup sehingga menjadi pribadi yang berguna bagi diri sendiri dan pastinya sesama. Lebih dari itu semua, Manusia lahir untuk berjuang demi semakin mulianya Sang Pencipta di muka bumi ini. Kemuliaan dan keluhuran-Nya adalah puncak pergulatan hidup kita.

Hidup bukanlah perhitungan kausalitas yang harus diterapkan sebagai rumus pasti dalam menjalani setiap dinamika kehidupan ini. Kadangkala timbal balik dalam kehidupan tidak berlaku begitu saja karena hidup tidak bisa dianalisis secara pasti dalam rumus keseimbangan antara memberi dan menerima. 

Tatkala manusia sudah berjuang, bersungguh-sungguh, dan berbulat tekad dalam loyalitas yang berintegritas boleh saja tumbuh harapan dalam sanubari terdalam pada penghargaan atas semua itu. Sebagai sebuah harapan, penghargaan itu sangatlah normal untuk menjadi inspirasi dan motivasi. Sebagai sebuah hukum absolut kausalitas, setidaknya biarlah semesta dan Pencipta yang mengatur segalanya.

Ilustrasi. www.freepik.com

Hidup tanpa harapan, menjadikan dunia gersang dan tandus yang melenyapkan motivasi dan perjuangan dalam setiap nadi dan sanubari. Harapan memberikan benih yang akan tumbuh dan berkembang dalam setiap pribadi, sehingga di sana ada kegigihan, keuletan, loyalitas, integritas, dan nilai-nilai kehidupan yang selalu menggerakkan jiwa. 

Pada waktunya harapan biarlah tetap menjadi harapan yang selalu memotivasi, bukan menjadi harapan yang menuntut kewajiban pada hasil, bukan menjadi harapan yang mendobrak semesta dan Pencipta atas eksistensi dan kuasa, dan bukan menjadi harapan yang justru menghancurkan diri dalam penghinaan yang tak kenal etika dan norma.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline