Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Aku Percaya, Aku Percaya

Diperbarui: 23 Januari 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mari kita berangkat dari sebuah film yang berjudul "License to Wed" yang bertemakan perjuangan dalam mencapai pernikahan. Film besutan sutradara Ken Kwapis ini bercerita tentang Sadie Jones (Mandy Moore) yang ingin menikah dengan pria idamannya, Ben Murphy (John Krasinski). Mereka bertemu di sebuah momen yang sangat kebetulan, bahkan sedikit memalukan dan konyol. Sadie memimpikan pernikahannya diselenggarakan di Gereja St. Augustine karena gereja ini merupakan gereja keluarga Jones dan Pendeta Frank (Robin Williams) adalah pembimbing rohani Sadie sejak kecil.

Sayangnya karena jadwal di gereja ini padat, mereka baru bisa dijadwalkan menikah dua tahun lagi. Setelah mengecek ulang, Pendeta Frank akhirnya memberikan kesempatan kepada Sadie dan Ben untuk menikah dalam waktu tiga minggu, asalkan Sadie dan Ben mau mengikuti kursus pranikah ala Pendeta Frank yang beda dari biasanya. Mereka harus berhasil dalam kursus ini, jika gagal maka Pendeta Frank tidak akan memberkati mereka. Berbagai materi kursus sangat unik dan menguji rasa saling percaya di antara mereka berdua. Bahkan, karena berbagai ujian dalam kursus ini, Sadie dan Ben sempat putus dan nyaris gagal menikah. Pada akhirnya, mereka benar-benar menikah dan menjadi pasangan yang teruji secara kualitas kepribadian dan relasi.

Inti dari nilai yang mau ditekankan dalam film tersebut adalah pentingnya rasa percaya (trust) dengan pasangan dalam membina kehidupan keluarga. Tanpa rasa itu, maka sia-sialah sebuah keluarga dibangun karena pada akhirnya akan tercerai-berai dan tentunya menyakitkan banyak pihak. Kepercayaan ini juga berlaku untuk berbagai aspek kehidupan. 

Penulis dan penasihat Ratu Victoria, Charles Kingsley, berkata, "Hal paling membahagiakan bagi setiap lelaki atau perempuan adalah memiliki seorang sahabat, seorang pribadi yang dapat kita percayai sepenuhnya, yang mengetahui apa yang terbaik dan terburuk bagi kita, dan yang tetap mengasihi kita walaupun kesalahan kita banyak."

Persahabatan menjadi simbol penting dalam kehidupan untuk mengungkapkan sebuah rasa percaya satu sama lain, tanpa ada kebohongan satu sama lain. Ketulusan dan kenyamanan tersirat sebagai pendamping rasa percaya satu sama lain. Seperti kisah Malik Bin Dinar berikut yang sangat mengusik hati, betapa hebatnya sahabat sehingga memiliki daya ubah yang begitu total dan loyal pada kehidupan yang lebih baik (Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ).

Malik bin Dinar, sangat marah karena seorang pemuda yang hidup di sebelah rumahnya bertindak kurang ajar. Lama ia tidak berbuat apa-apa. Ia berharap, orang lain akan turun tangan. Tetapi setelah perilaku pemuda itu menjadi sungguh keterlaluan, maka Malik menegurnya, agar ia mengubah kelakuannya.

Pemuda itu dengan tenang memberitahu Malik, bahwa ia dilindungi oleh Sultan dan tidak seorang pun dapat menghalangi apa pun yang dikehendakinya. Malik berkata: 'Aku sendiri akan mengadu kepada Sri Sultan.' Pemuda itu menanggapi: 'Samasekali tidak ada gunanya. Sebab, Sri Sultan tidak pernah berubah pandangan mengenai diriku.' 'Kalau begitu, engkau akan kulaporkan kepada Pencipta di surga!' kata Malik. 'Pencipta di surga?' tukas pemuda itu. 'Ia Maharahim sehingga tidak akan mempersalahkan aku!'

Malik tidak dapat berbuat apa-apa. Maka ditinggalkannya pemuda itu. Tetapi beberapa waktu kemudian nama si pemuda menjadi begitu jelek, hingga orang banyak pun menentangnya. Malik merasa wajib untuk mencoba memperingatkannya lagi. Ketika ia berjalan menuju rumah pemuda tersebut ia mendengar suara dalam batinnya: 'Awas! Jangan menyentuh sahabatku. Ia ada di bawah perlindunganKu.' Malik menjadi bingung. Waktu bertemu muka dengan pemuda itu, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Pemuda itu bertanya: 'Mengapa engkau datang?' Jawab Malik: 'Aku datang untuk menegurmu, tetapi di tengah jalan kudengar suara yang melarangku untuk menyinggungmu, karena engkau berada di bawah perlindunganNya.'

Wajah pemuda bergajulan itu berubah: 'Benarkah Ia menyebut aku sahabatNya?' tanyanya. Tetapi pada saat itu Malik sudah meninggalkan rumahnya. Bertahun-tahun kemudian Malik berjumpa dengannya di Mekah. Ia begitu tersentuh oleh perkataan suara itu, sehingga ia membagi-bagikan seluruh harta bendanya dan menjadi pengemis pengembara. 'Aku datang kemari untuk mencari Sahabatku,' katanya kepada Malik. Lalu ia meninggal.

Tuhan, sahabat orang berdosa? Pernyataan ini amat berbahaya, tetapi sekaligus berkekuatan luar biasa. Aku pernah mencobanya pada diriku sendiri, ketika aku berkata: 'Tuhan Maharahim sehingga tidak akan mempersalahkan aku.' Dan tiba-tiba aku mendengar Kabar Gembira, --pertama kali dalam hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline