Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Tatkala Muridku Menulis (seri 5): Belajar dari Tissue Galon

Diperbarui: 2 Desember 2015   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini muridku, Arya Teguh Rahardjo, belajar dari sebuah tissue. Dia mencoba memposisikan andaikan dirinya adalah sebuah tissue, tentunya banyak dinamika hidup yang bisa dialami. Dia mencoba menikmati sebuah proses memanusiakan benda mati. Inilah proses empati dan simpati dalam belajar. Demikian pula, pendidikan sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia menuju taraf insani. Maka, marilah belajar tentang humanisme dari lingkungan sekitar kita.

Namaku tissue gallon. Tubuhku selalu basah dan lembab. Kulitku berwarna putih. Aku juga mungil, dan lembut. Karena terlalu lembut, tubuhku mudah sobek. Aku terkadang kesakitan saat dilipat. Dan biasanya sampai harus dikurung di suatu penjara plastic berwarna orange yang sangat kecil.

Aku selalu diperbudak oleh temanku gallon. Aku harus mengelap mulutnya yang kotor. Setelah mengelap mulut temanku, tubuhku langsung kotor. Aku juga harus menjual harga diriku secara cuma Cuma. Setelah digunakan, diriku langsung dibuang ke tempat yang menjijikan.

Jika aku dilahirkan lagi, aku memilih menjadi manusia. Aku bisa berpikir dan bergerak kemana saja. Aku tidak harus bekerja karena paksaan. Jika aku menjadi manusia, aku bisa menyuruh siapapun untuk membersihkan ku. Semua hal yang aku inginkan bisa langsung ku capai.

Tetapi jadi aku ada bahagianya juga. Tubuhku steril. Kesterilan tubuhku ini dapat membantu manusia untuk membersihkan temanku galon. Bentuk tubuhku juga sangat lucu. Segi empat, putih, lembut lagi. Tubuhku ringan, membuatku ,udah terbawa angin. Senang rasanya bisa terbang. Melihat keindahan dunia dari atas.

Hidup ku kadang pait dan kadang manis. Salah satu kebanggaanku adalah aku dilahirkan di salah satu lembaga terkenal di Indonesia. Aku bangga bisa membantu orang banyak. Rasanya hiduo ini tidak akan lengkap jika tak ada aku. Walaupun harus mengotori tubuhku ini, tetapi kebanggaan akan diriku menggantikan semua itu.

Setelah kupikir, apa guna mengeluhkan hidupku ini. Hidupku hanya sebentar. Hanya sampai tubuhku mongering. Karena itu, lebih baik kunikmati saja semua ini. Inilah kisah hidupku. Akulah sang pembersih tissue galon.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline