Lihat ke Halaman Asli

MARTINUS SATBAN

Dosen Luar Biasa STPM St Ursula Ende

Mau Jabatan Tapi Siapa Aku?

Diperbarui: 23 September 2024   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

liputan6.com

Biasakan diri berpikir positif. Jangan mulai dengan takut gagal. Biasakan optimis dengan persiapkan keberhasilan, bukan persiapkan kegagalan. Mulai dengan langkah ke depan, bukan ke belakang. Anda memiliki kaca depan yang lebih luas dan jernih ketimbang kaca spion kecil yang kabur.  Perbanyak memandang jauh kedepan, ketimbangan melirik jauh ke belakang dari sepotong kaca spion kecil tapi menjangkau jauh ke belakang. Melirik dari spion  hanya sesaat untuk antisipasi. Jangan terlalu lama melihat ke belakang dari balik spion agar tidak tabrak dan mengganggu pandangan ke depan.  Pastikan kaca depan selalu jernih dan luas untuk menjangkau pandangan jauh ke depan dari berbagai sisi.

 Kalau gagal, terlebih dahulu koreksi diri bukan menyalahkan orang lain. Setiap kali menghadapi kompetensi, pastikan persiapkan diri secara matang, pahami aturan, SOP, siap fisik, mental dan batin, kuasai lingkungan budaya dan psikologi organisasi, pahami nilai budaya setempat. Kurangi bergantung pada pengaruh orang lain. Bawalah diri sendiri apa yang ada dan seperti yang telah anda adakan. Memahami sejak dini dalam beberapa perspektif untuk mendapatkan jabatan :

  • Alamiah: kalau tidak mendapat kepercayaan untuk memangku sebuah jabatan, sesungguhnya alam telah dan sedang mengingatkan bahwa anda tidak cukup  kuat atau tangguh secara fisik dan otak. Walau fisik  anda besar dan tegar tetapi alam mengingtakan bahwa untuk memangku jabatan ini tubuh anda  tidak akan kuat dan otak anda tak akan mampu.
  • Sosial: kalau anda tidak bisa mendapatkan jabatan itu, atau tidak diberikan oleh yang berwenang sesungguhnya anda diingatkan bahwa anda itu   mendapatkan penolakan relasional. Jadi jangan paksa untuk mengambil karena resikonya adalah buruk relasi. Kecuali meyakinkan si pemberi dengan kompetensi yang  kompetitif dan standart. Dan mitra sosial mengakuinya.
  • Psikologis: kalau jabatan itu didapat karena lobi bukan kompetensi didukung dengan kapasitas yang tidak mumpuni, maka yang terjadi adalah tekanan psikis bila menghadapi beban pekerjaan dan tidak sesuai pasion, ketrampilan, kapasitas diri dan dinamika sosial dalam sistem. Apalagi respons lemah terhadap perubahan.
  • Budaya: jangan paksa memangku jabatan dalam sebuah sistem sosial yang padat nilai budaya tertentu dan anda bukan bagian dari budaya itu. Unsur nilai budaya akan  menempatkan identitas budaya sebagai prasyarat informal dalam sistem rekruitmen. Walau tidak tertulis tetapi tersirat, diakui, hingga dipahami dalam relasi dan berkorelasi dengan sistem budaya dalam sebuah sistem sosial di lingkungan jabatan itu.
  • Ekonomi: jabatan itu peluang meraih reward ekonomi tertentu. Tetapi menuju kesana membutuhkan investasi juga, maka kalau belum mapan secara ekonomi untuk menjabat  maka anda akan terdepak karena mengalami banyak hambatan. Ini bukan soal suap untuk mendapat jabatan tetapi kesiapan finansial untuk berproses meraih jabatan dan menjalaninya sehingga tidak terjebak dalam euforia kekuasaan memanfaatkan sumberdaya finansial organisasi.

Ada perspektif lain tapi kali ini cukup yang ini dulu. Edisi berikut baru di sambung.

Lion Air. 16 September 2024. Seat 7c.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline