Lihat ke Halaman Asli

Martinus Rehan Uran

Martinus Rehan Uran , seorang pendidik pada sekolah menengah pertama

Refleksi Paradigma Taksonomi Bloom dalam RPP Guru

Diperbarui: 22 Oktober 2021   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia Pendidikan sebagai komunitas interaksi sosial yang produktif dalam membimbing, memotivasi dan membentuk karakter siswa menjadi pribadi berkompeten. Mewujudkan siswa berkompeten secara intelektual, psikomotorik harus dalam proses dan pendekatan pembelajaran yang tepat. 

Oleh karena itu muncul berbagai paradigma pendidikan dengan pendekatan seperti behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme dan humanisme. Lahirnya pemikiran-pemikiran baru sebagai wujud perhatian dan keseriusan para ahli pendidikan menginginkan  sistem, metode pembelajaran menghantar siswa kepada perubahan sebagai hasil proses Pendidikan itu. Paradigma Pendidikan yang lahir sebagai jawaban atas kebutuhan membentuk manusia muda yang berkualitas.

Berkaitan dengan gagasan di atas, maka kementerian Pendidikan Republik Indonesia gencar melaksanakan program Blended Learning. Sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Untuk mewujudkan blended learning, tidak terlepas dari paradigma kognitivisme Bloom yang mencetuskan sebuah pendekatan pembelajaran yang dinamakan Taksonomi Bloom.  

Taksonomi Bloom digagas oleh seorang psikolog Amerika bernama Benjamin Bloom pada tahun 1956 yang telah membantu dunia Pendidikan dengan menyusun dan membuat teori belajar tuntas. Taksonomi Bloom  merupakan sebuah struktur hirarkis mengidentifikasi kompetensi individi dari mulai tingkat rendah sampai yang tertinggi. Bagi Bloom hafalan merupakan tingkat paling rendah dalam kemampuan berpikir. 

Dalam Konsepnya, Bloom sangat menekankan aspek kognitif dengan kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).  Namun dalam perkembangan dan perubahan zaman,  konsep ini mengalami perubahan atau disebut sebagai Taksonomi Bloom Revisi. 

Revisi dilakukan seorang murid  Bloom bernama Lorin Anderson Krathwohl, sebagai sebuah jawaban atas perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan sesuai kemajuan teknologi, dimana dimensi kognitif  tidaklah cukup. Karena itu hasil revisi menekankan dimensi proses kognitif dan dimensi  pengetahuan. Berdasarkan hasil revisi, Taksonomi Bloom hirarki pembelajaan mulai dari mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisa (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Ini berbeda dengan Taksonomi Bloom  lama mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, Analisa, sintesa dan evaluasi.

Merefleksikan hirarki pembelajaran  Taksonomi Bloom yang lama maupun yang baru, menghantar saya pada kesadaran bahwa kompetensi siswa berkembang sampai tingkat tertinggi, jika guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendesain hirarki pembelajaran. Sebuah perpaduan pengetahuan dan keterampilan hanya bisa dimiliki siswa jikalau guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai tahap-tahapan yang berstruktur. 

Melewati tahap-tahap ini seorang guru harus merancang tujuan dan rumusan instruksional yang jelas sesuai kompetensi dan materi ajar. Konten harus dirancang atau didesain sesuai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses pembelajaran itu. Mencermati hirarki penerapan taksonomi bloom dengan rancangana belajar  guru (RPP), menyimpulkan keprihatinan akan kelemahan pemahaman guru tentang bagaimana proses pengajaran menghantar siswa pada pencapaian tertinggi yakni mencipta.

Kondisi yang terjadi selama ini adalah keberhasilan pembelajaran diukur berdasarkan pencapaian prestasi akademik yang diperoleh dalam proses ulangan atau ujian. Hal ini terjadi karena Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)  tidak didesain dengan baik dan benar. Penyebabnya karena ada mentalitas plagiat, tidak mau repot. 

Menggunakan apa yang ada tanpa mencermati tahapan proses untuk mencapai tujuan. Kelemahan ini perlu disadari setiap guru agar terus menerus mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Kompetensi ini sebagai usaha guru mengembangkan kemampuan atau keterampilan mengelola proses pembelajaran. Taksonomi Bloom telah memberikan hirarki belajar yang bisa membantu para guru mengajar secara berstruktur dan terukur demi tujuan tertinggi yakni siswa mampu menciptakan sesuatu dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline