Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Judul

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak pernah tahu, apa salah saya, sampai akhirnya dia meninggalkan saya dengan cara yang sama sekali “tidak terhormat”. Tidak dewasa rasanya kalau saya bertanya “apa kamu tidak ingat apa yang sudah saya berikan? Kenapa sekarang saya dicampakan?”. Saya hanya berani menanyakan pertanyaan itu didalam hati saja.

Tanpa komunikasi, tanpa ucapan perpisahan, Dia, yang saya cintai meninggalkan saya begitu saja. Padahal, saya cinta dia, saya bahkan rela menyerahkan hati, cinta, bahkan tubuh saya kepadanya. Sepertinya saya menyerah pada cinta. Cinta itu jahat bagi saya. Cinta itu sakit bagi saya.

Kalian tidak akan mengerti, seandainya anda ada diposisi saya, anda akan tahu sakitnya dikhianati. Kenapa harus saya? Kenapa bukan orang lain yang dia sakiti? Saya salah apa? Kenapa saya begitu bodoh?

Siapa yang bisa menolong saya kalau bukan diri saya sendiri? Saya harus tetap tersenyum, saya harus tetap tertawa, meskipun diam-diam, air mata menetes, membasahi pipi, menyakiti hati yang terkhianati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline