Lihat ke Halaman Asli

Martue_54

Culturestudy

Birahi Jalanan

Diperbarui: 17 Mei 2024   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 Mengiringi balutan minggu ini dengan kenangan kemarin adalah hal yang paling ku gemari. Salah satunya Kenangan Birahi Jalannan.

Birahi jalannan adalah seorang pengembara darah yang tak kunjung pulang sebelum menemukan mangsanya. Entah ke penjuru mana birahi itu akan pergi, namun rasanya tidak untuk saat ini menunggu kepulangannya. Birahi punya langkah yang indah, manis. matanya yang ekspresif mampu menelanjangi setapak-setapak kecil yang tak kasat mata. Kesendirian mengambil langkahnya jauh terombang-ambing dilaut lepas yang entah kapan dia akan menepi. 

Birahi itu selalu terbangun ditengah malam, seruan itu menggema lagi, nada dasar yang murni, murni lahir dari seorang perempuan paru baya yang dia tinggalkan beberapa tahun lalu. Dia adalah anak dara yang miskin, menikah dengan pria yatim piatu lalu  menambal kemiskinan dari tahun, bulan dan hari. Hingga celah kemiskinan itu sedikit demi sedikit tertutupi, tapi masi meninggalkan celah yang pada akhirnya akan terus ditambal hingga dan mungkin sampai usia mengakhiri hidupnya.

Birahi yang malang, tak peduli seberapa kuatnya  dia berteriak hingga ujung suara menembusi benteng yang dilapisi baja - baja hingga mengeras tujuh turunan pun akan tetap meninggalkan celah. Celah di mana anjing-anjing terus menggongong di surau, hingga kencingnya mengalir dipinggiran tembok yang bercat merah, membuat warna tembok seketika menguning. Tikus-tikus jalanan yang terus menggerutu di bawah kolong, lembut menatap terang yang tak kunjung sepi, agar bisa keluar dan mendapatkan sehelei roti. Rengekan babi yang meminta jatah sore menjelang malam dan ayam-ayam yang terus berperang dengan tuannya untuk mendapatkan tempat ternyaman dimalam hari. Dan birahi masi terus menjadi birahi jalanan yang penuh harap. Penuh harap pada keresahan di atas keresahan.

Rasanya sudah berlari sangat jauh tapi celah itu, ya....celah itu terus menggerogoti ingatanNYA, hingga akhirnya hanya perlu menggenggamnya lebih kuat dan menutup sementara dengan telapaknya yang tebal dan perlahan membalutinya tapi tidak dalam waktu dekat.

Akhirnya Birahi jalannan, mengambil jalan lain dan menikmatinya dengan cara lain. Dengan cara yang ia senangi, ia gemari dan ia rindukan.

dan pagi hari kopinya selalu mengental mengental, manisnya begitu pekat dilidah, Birahi terpaku ditegukkan kopi terakhir, waktu masi pukul 10.36. Dan tak ada satupun yang dilakukan hari ini, kisah lelaki malang membuatnya sedikit manis pada lembaran-lembaran itu dan sesekali tertawa kecil. Pinnerbeg, nama yang manis, memiliki istri yang polos dan lugu, Lammchen, seorang perempuan yang perangai buruk dalam memasak. 400 ratusan halaman, dan dia baru memulainya di halaman yang ke-101, itu membuatmu tertawa geli dengan kisah pasangan muda yang baru berumur 4 minggu, berjuang dan bertahan hidup dimasa sulit.

Kopi mulai berulah lagi, hari ini sudah beberapa kali mondar-mandir untuk membuang ampasnya. tidak bisakah kau menahan hingga tiba waktunya, pintanya...tapi kesalnya tidak mengurungkan niat untuk berterimakasih padanya karena telah bekerja dengan sempurna, membuatnya mengabiskan beberapa kata dilaman ini.

Birahi benci rasa lapar, dan haus akan kata. Jika tidak ada perut mungkin tidak akan rasa lapar, begitu pikirnya. Makanlah makanan yang bergizi agar betumbuh dan berkembang dengan baik. Ahhhh omong kosong macam apa itu. Nasi, sayur, lauk, buah dan susu itukah makanan bergizi? bagiku segala sesuatu yang bisa dimakan adalah makanan bergizi. 

Meskipun masa kecilnya mengabiskan waktu dengan tumpukan ubi, jagung, yang kerasnya menggerogoti otak dan tulang yang lambat laun mengeras, tapi otaknyaterbukti manis pada huruf-huruf ini, tentunya itu tidak membuatnya berprasangka buruk pada umbi-umbian itu. Saat ini dia hanya senang pada tubuhnya yang kuat, dan tidak mudah roboh.

Suatu malam,,,,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline