Lihat ke Halaman Asli

Penjelasan Tentang Sakit Hati

Diperbarui: 16 Oktober 2015   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Putus cinta yang biasanya dianalogikan dengan patah hati atau sakit hati ,yang ternyata ada benarnya juga.Saya memang tidak terbiasa sakit hati atau patah hati, tapi saya akan mencoba menjelaskan kenapa orang yang sedang putus cinta merasakan yang namanya sakit hati atau nyeri dada.

Manusia adalah makhluk Bio,Psiko,dan Social  yang berarti manusia hidup berdasarkan aspek fisik,emosi,dan social. Ketika patah hati atau putus cinta interaksi antara emosi dan fisik terjalin sangat erat.

Naomi Eisenberger, PhD dari University of California mengatakan, ketika putus hubungan dengan seseorang, otak sulit mengatasinya sendirian. Akibatnya, otak akan mengirimkan sinyal-sinyal berupa hormone ke tubuh untuk memberitahu bahwa yang Anda alami saat itu adalah rasa sakit.

 [caption caption="ACC"][/caption]

 

Hormon –hormon itu berupa hormone stres akan dilepaskan setelah putus cinta. Bagian dari otak yang bertanggung jawab mengirimkan emosi dan rasa sakit adalah anterior cingulate cortex yang bekerja mengirimkan 'rasa sakit'. Stres juga membuat perut luar biasa bergolak, dan membuat jantung seakan berhenti. Meski yang sebenarnya terjadi adalah penurunan denyut jantung yg hanya sementara.

Nah.. sudah mulai mengerti kan kenapa kita bisa merasakan ''sakit hati" ketika patah hati? Sehingga dapat disimpulkan efek patah hati bagi kesehatan fisik maupun mental amat merugikan. Tapi bisa diatasi, atau minimal dikurangi agar tidak sampai menurunkan kualitas hidup. Beberapa caranya adalah meditasi dengan menghirup napas dalam-dalam; mengeluarkannya secara perlahan. Dengarkan musik-musik bertempo cepat dan berkumpul dengan banyak teman yang suka berkelakar agar Anda lebih banyak tertawa. Cara ini bisa membantu tubuh melepaskan endorphin, salah satu hormon bahagia.

Semoga penjelasan saya berkenan dan dapat diterima. Keep young and stay healty!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline